CrispyVeritas

Iran Tangkap Tanker Talara di Selat Hormuz, Ketegangan Regional Meningkat

Seorang pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, menyebut insiden ini mengejutkan karena Iran tidak melakukan penyitaan kapal dalam beberapa bulan terakhir. Setelah perang 12 hari pada Juni yang menyebabkan fasilitas nuklirnya dibombardir Israel dengan dukungan AS, Iran diketahui menahan diri dari aksi-aksi militer frontal.

JERNIH– Pasukan Iran kembali menyita sebuah kapal tanker minyak di jalur strategis Selat Hormuz pada Jumat (14/11), insiden pertama sejak serangan gabungan Israel–Amerika Serikat ke fasilitas Iran pada Juni lalu. Kapal berbendera Marshall Islands bernama Talara itu tengah berlayar dari Uni Emirat Arab menuju Singapura membawa muatan migas berkadar sulfur tinggi.

Sejumlah pejabat pertahanan Amerika Serikat dan sumber keamanan maritim mengonfirmasi bahwa kapal tersebut dialihkan paksa ke perairan Iran. “Kontak hilang sekitar pukul 08.22 waktu setempat, sekitar 20 mil laut dari Khor Fakkan,” kata pengelola kapal, Columbia Shipmanagement, dalam pernyataannya. Perusahaan itu menegaskan kini tengah berkoordinasi dengan otoritas terkait, termasuk lembaga keamanan maritim dan pemilik kapal, untuk memulihkan komunikasi. Kapal tersebut dimiliki Pasha Finance, berbasis di Siprus.

Seorang pejabat AS, yang berbicara dengan syarat anonim, menyebut insiden ini mengejutkan karena Iran tidak melakukan penyitaan kapal dalam beberapa bulan terakhir. Setelah perang 12 hari pada Juni yang menyebabkan fasilitas nuklirnya dibombardir Israel dengan dukungan AS, Iran diketahui menahan diri dari aksi-aksi militer frontal.

Namun pada Jumat pagi, berdasarkan pelacakan penerbangan Associated Press, sebuah drone pengintai Angkatan Laut AS jenis MQ-4C Triton terlihat berputar-putar di atas posisi Talara. Laporan terpisah perusahaan keamanan Ambrey menggambarkan serangan itu melibatkan tiga kapal kecil yang mendekati tanker tersebut.

Dikonfirmasi Inggris dan AS, Iran Belum Beri Pernyataan

United Kingdom Maritime Trade Operations (UKMTO), badan keamanan maritim Angkatan Laut Inggris, menyatakan insiden ini “besar kemungkinan merupakan aktivitas negara” dan memastikan kapal telah berbelok menuju wilayah Iran. Data MarineTraffic menunjukkan posisi terakhir kapal berada dekat pantai Iran sekitar pukul 08.10 UTC.

Militer AS menyatakan mengetahui penyitaan tersebut dan “sedang memantau situasi secara aktif.” Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Iran dan UEA belum memberikan komentar resmi. Meski demikian, kelompok manajemen risiko maritim Inggris, Vanguard, menyebut kapal itu ditangkap langsung oleh Iran’s Revolutionary Guard Corps (IRGC).

IRGC dalam beberapa tahun terakhir kerap menyita kapal-kapal komersial di perairan Teluk, biasanya dengan alasan pelanggaran maritim, penyelundupan, atau sengketa hukum. Insiden besar terakhir terjadi pada Mei 2022 saat Iran menangkap dua tanker Yunani dan menahan keduanya hingga November tahun itu.

Penyitaan Talara terjadi di tengah meningkatnya ancaman Iran pasca-perang 12 hari dengan Israel dan AS pada Juni. Dalam beberapa pekan terakhir, pejabat Iran berulang kali memperingatkan kesiapan “membalas” jika merasa ditekan. Selat Hormuz sendiri adalah mulut Teluk Persia dan jalur keluar masuk sekitar 20 persen perdagangan minyak dunia.

Sejak pemerintahan Donald Trump mundur dari perjanjian nuklir 2015, insiden maritim di sekitar Hormuz meningkat. AS menuduh Iran berada di balik serangan ranjau magnet (limpet mine) pada 2019 serta serangan drone yang menewaskan dua awak tanker terhubung ke Israel pada 2021. Namun sejak meledaknya perang Israel–Hamas dan serangan Houthi ke jalur Laut Merah, insiden penyitaan di Teluk relatif mereda—hingga kejadian Jumat ini.

Sementara itu, serangan terakhir yang mirip dengan kasus Talara terjadi pada April 2024, ketika Iran menyita kapal kontainer terkait Israel. Insiden terbaru ini mengindikasikan bahwa, meski perang Juni telah usai, risiko eskalasi tetap tinggi di kawasan Teluk. [reuters/ABC]

Back to top button