Iron Dome Mengecewakan, Israel Gelar Senjata Laser untuk Hadapi Roket Hamas
- Iron Beam, nama senjata itu, diuji coba untuk mencegat roket Hizbullah dan efektif.
- Namun, penggunaan Iron Beam sangat tergantung cuaca, sehingga Iron Dome mungkin masin diperlukan.
JERNIH — Israel memanfaatkan empat hari gencatan senjata untuk menggelar sistem senjata laser pertahanan udara, menggantikan Iron Dome, untuk menghadapi roket-roket Hamas.
Iron Beam, demikian hama senjata itu, dikabarkan berhasil mencegat roket yang ditembakan Hamas ke Israel sat pertempuran darat berlangsung di Jalur Gaza. Media melaporkan sukses itu, tapi Hamas dan Hizbullah masih mengklaim roketnya mencapai kota-kota sasaran.
Dikembangkan Rafael Advanced Defense System, perusahaan pertahanan Israel, Iron Beam adalah laser berkekuatan tinggi yang dirancang untuk mencegat target di udara pada jarak dekat.
Namun beberapa outlet media mengatakan senjata itu sebenarnya akan diluncurkan tahun 2025, dan masih perlu beberapa uji coba untuk meningkatkan efektivitasnya.
Simon Tsipis, pakar keamanan asional, mengatakan kepada SputnikGlobe bahwa Iron Beam kali pertama digunakan untuk melawan roket yang ditembakan Hizbullah dari Lebanon
“Ini adalah laser canggih yang didasarkan pada konsep dasar konsentrasi energi tinggi,” kata Tsipis. “Namun kemampuannya terbatas untuk menghancurkan target jarak dekat, biasanya beberapa puluh kilometer.”
Keunggulan lain senjata ini adalah kemampuannya bertindak cepat saat mencegat target sangat kecil.
Jangkauan Iron Beam, masih menurut Tsipis, dibatasi jangkauan laser terutama ketika digunakan menghadapi sasaran yang tidak dapat dicegat Iron Dome, salah satunya roket-roket kecil.
“Iron Beam tidak mungkin digunkan melawan rudal jelajah atau balistik,” katanya. “Untuk menghadapi rudal jelajah dan balistik, Israel punya sistem lain. Jadi, Iron Beam hanya untuk menghadapi roket Hamas dan Hizbullah.”
Analis militer Alexander Mikhailov mengatakan Iron Beam hampir tidak bisa disebut sebagai senjata unik, karena semua negara berupaya mengembangkannya.
Meski efektif menjatuhkan sasaran jarak pendek, penggunaan Iron Beam sangat tergantung cuaca. Iron Beam juga sangat mahal dibanding rudal udara ke darat dan drone.
“Namun, memerangi drone dengan rudal udara ke darat yang dipandu menjadi terlalu rumit dan mahal untuk anggaran apa pun,” kata Mikhailov. “Jadi, pengembangan laser tempur untuk pertahanan udara jarak pendek lebih memungkinkan.
Meski demikian Mikhailov masih mempertanyakan efektivitas sistem pertahanan udara laser. Israel tampaknya akan menjawab pertanyaan ini lewat perang di Jalur Gaza.