CrispyVeritas

Jepang, Korea, dan Isu Kuburan Hidung

  • Pemimpin Jepang Toyotomi Hideyoshi memerintahkan prajuritnya memotong hidung orang Korea dan mengirimnya ke Jepang.
  • Besaran hadiah yang diterima prajurit Jepang ditentukan seberapa banyak hidung orang Korea yang dibawa pulang.
  • Sebanyak 126 ribu orang Korea mengalami pangkas hidung. Hidung-hidung mereka dikubur di Higashiyama, Kyoto.

Seoul — Hubungan Korea-Jepang kerap diwarnai isu menarik dari masa lalu. Kali ini soal kuburan hidung.

Adalah Naoto Amaki, mantan duta besar Jepang untuk Lebanon, dan Kim Moon-gil — kepala Lembaga Penelitian Budaya Kora-Jepang — yang mengangkat isu ini lewat Qilin. Buku mulai dijual hari ini, Kamis 10 September 2020.

Qilin adalah mahluk mistis yang melambangkan masa damai. Keduanya menggunakan Qilin sebagai judul buku, dengan harapan mahluk itu mendekat dan mendamaikan kedua bangsa.

Kuburan Hidung bukan isu baru, tapi merentang jauh ke belakang sekitar 400 tahun lalu. Pada Juni 1597, pemimpin Jepang Toyotomi Hideyoshi memerintahkan tentaranya memotong hidung orang Korea.

Hideyoshi memaksakan tindakan ekstrem yang jarang ditemukan dalam sejarah perang untuk satu tujuah; mendorong pertempuran yang lebih agresif.

Atas perintahnya, tentara Jepang mulai memotong hidung orang-orang Korea secara sistematis sejak Juli 1597. Setiap tentara Jepang diharuskan memotong hidung orang Korea, mengawetkannya dalam garam, dan dikirim ke Jepang.

Serdadu Korea yang kalah dan menyerah menghadapi ‘pangkas hidung’ yang dilakukan prajurit Jepang. Seiring waktu, ketika tentara Korea kian habis, tentara Jepang menyasar penduduk sipil.

Jumlah hidung yang diawetkan dengan garam, dan dikirim ke Jepang, akan menentukan jumlah hadiah yang diterima prajurit Jepang.

Hideyoshi mengumpulkan hidung-hidung itu, dan menguburnya di wilayah Higashiyama, Kyoto, pada September 1597. Kuburan itu memiliki tanda, berupa gundukan yang terawat.

Amaki dan Moon-gil menulis lebih 126 ribu hidung orang Korea dikubur di situ. Di sebelah gundakan kuburan hidung terdapat Kuil Toyokuni, yang dibangun untuk mengenang Toyotomi Hideyoshi.

Upacara

Amaki berasal dari Kyoto, tapi tidak tahu tentang Kuburan Hidung. Kepada Dong A Ilbo, Amaki mengatakan; “Saya menulis buku dengan pemikiran bahwa orang Jepang harus tahu secara akurat tentang sejarah mereka.”

Jepang, masih menurut Amaki, harus merefleksikan sejarahnya yang emmalukan dan meminta maaf kepada orang Korea. Ini amat penting agar masa depan hubungan kedua bangsa menjadi lebih baik.

Mengenai Qilin, Amaki mengatakan mahluk mistis dalam legenda Tiongkok itu hanya muncul selama masa damai. Qilin adalah simbolisasi harapan Amaki, tentang masa damai yang akan tiba.

“Saya berencana menggelar upacara di Kuburan Hidung di Kyoto, November 2020, untuk menghormati arwah 126 ribu orang Korea yang kehilangan hidung,” kata Amaki.

Back to top button