
Pembelian Rafale menandai langkah besar modernisasi TNI AU: pesawat yang sangat kapabel, multirole, dan cocok untuk misi maritim dan pertahanan wilayah kepulauan Indonesia.
JERNIH – Indonesia tengah memasuki babak baru dalam modernisasi pertahanan udara. Tak lama lagi, langit Nusantara akan dihiasi oleh jet tempur Dassault Rafale buatan Perancis, sebuah pesawat generasi 4.5 yang sarat teknologi. Nilai kontrak awal mencapai kisaran US$8–8,5 miliar untuk 42 unit, dengan opsi penambahan yang bisa memperbesar jumlah hingga puluhan unit lagi. Kehadirannya diharapkan mampu menggantikan armada lama seperti F-5, Hawk, dan A-4, sekaligus meningkatkan daya gentar TNI Angkatan Udara di langit maupun lautan.
Rafale cocok untuk negara kepulauan karena jangkauan misi dan fleksibilitas multirole — dapat melakukan patroli maritim jarak jauh, serangan presisi terhadap ancaman di laut atau pulau terpencil, serta superioritas udara. Dua mesin menambah keamanan operasional saat beroperasi jauh dari pangkalan.

Rafale dirancang untuk melakukan banyak jenis misi tanpa modifikasi struktural besar. Artinya satu tipe pesawat bisa mengisi peran pengawalan udara, serangan darat, serangan maritim, dan ISR.
Jet tempur ini kompatibel dengan rudal jelajah dan senjata berpemandu yang cocok untuk misi anti-kapal dan serangan strategis terukur. Ini relevan untuk pertahanan maritim dan perebutan superioritas di kedaulatan laut.
Sebagai negara kepulauan terbesar, Indonesia butuh pesawat yang bisa menjangkau perairan jauh dan melakukan peran anti-kapal dalam rangka penegakan kedaulatan. Rafale dengan kapasitas bahan bakar eksternal dan kemampuan strike jarak jauh menjawab kebutuhan ini.
Dassault memberi nama jet tempurnya Rafale untuk mencerminkan kecepatan, kelincahan, dan kekuatan serangan—layaknya hembusan angin yang tiba-tiba dan kuat, sekaligus seperti rentetan tembakan yang cepat dan mematikan.

Secara teknis Dassault Rafale memiliki panjang 15,3 meter dengan rentang sayap 10,9 meter. Tinggi Rafale mencapai 5,3 meter dengan berat kosong 10 ton. Sementara berat max take-off sebesar24,5 ton.
Rafale menggunakan mesin 2 × Safran/Snecma M88 turbofan yang punya kemampuan thrust tinggi, merupakan varian modern untuk pengurangan perawatan.
Setidaknya sudah 9 negara menyimpan Rafale selain Indonesia. Prancis sendiri memiliki 234 unit untuk AL dan AU-nya. Uni Emirat Arab termasuk negara yang punya cukup banyak yakni 80 unit. Mesir awalnya punya 24 lalu bertambah jadi 54 unit.
Qatar sebanyak 36 unit. Yunani dan India masing-masing 24 dan 36 unit. Disusul Serbia dan Kroasia masing-masing 12 unit. Indonesia selain 24 unit, jika disetujui akan punya total 66 unit.

Performanya mampu melakukan top speed hingga Mach 1.8 ( setara 1.900 km/jam), kemampuan supercruise (terbang supersonik tanpa afterburner) dalam kondisi tertentu, service ceiling (ketinggian maksimal) hingga 15.800 m. Jarak tempur (combat radius) untuk misi penetrasi bisa mencapai lebih dari 1.000 km tergantung muatan dan konfigurasi tank tambahan.
Dilengkapi radar AESA/varian canggih pada blok-blok terbaru (F3/F4 series), sistem misi terintegrasi, kemampuan perang elektronik dan data-link modern, menjadikan Rafale sangat terintegrasi di ekosistem pertempuran modern.
Rafale dilengkapi 14 stasiun senjata (termasuk 5 heavy-wet), mampu membawa kombinasi rudal udara-ke-udara (MICA, Meteor), rudal jelajah (SCALP/Storm Shadow), bom berpemandu, torpedo antikapal/munisi anti-kapal, serta pod pengintai/targeting (contour, LDP/ATLIS), dan pod ELINT/ECM.

Pesaing utama Rafale di segmen multirole 4.5 gen di antaranya Eurofighter Typhoon (konsorsium Inggris, Jerman, Italia dan Spanyol), Saab Gripen E/F (Swedia), F-16V (AS), dan Su-35 (Rusia).
Dengan membeli dari Perancis mengurangi ketergantungan pada satu pemasok (AS, Rusia, Cina) dan membuka pintu kerja sama teknologi dan industri. Pemerintah juga mempertimbangkan aspek after-sales, pelatihan, dan transfer teknologi.
Meski begitu mengingat Rafale adalah pesawat modern dengan avionik dan mesin canggih maka dibutuhkan dukungan logistik, infrastruktur hangar, spare parts, dan personel terlatih. Artinya membutuhkan anggaran operasional sustained yang signifikan.(*)
BACA JUGA: Dua Unit Airbus A400M Atlas Siap Mengudara di Langit Nusantara



