JMSI Aceh: Tidak Benar Ada Intimidasi Wartawan di Acara Ngopi Bersama Ketua KPK, Firli Bahuri
Menurut Hendro, pertemuan yang dilangsungkan di ruang terbuka di Warkop Sekber Jurnalis itu juga menunjukkan bahwa Firli Bahuri sama sekali tidak menghindari wartawan. “Justru Firli mendatangi tempat yang selama ini merupakan lokasi mangkal para wartawan di Banda Aceh.”
JERNIH— Ketua JMSI Aceh, Hendro Saky, membantah adanya intimidasi dari ajudan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri, kepada wartawan saat para pegiat Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Aceh bertemu dan ngopi bareng Firli di Banda Aceh, Senin (7/11) lalu. Hendro mengatakan, pada acara yang digelar di ruang terbuka itu taka da insiden apa pun, dan wartawan sepenuhnya bisa melakukan tugas mereka meliput dan mengambil gambar.
Hendro menjelaskan, Firli Bahuri tiba di Aceh pada Senin itu. Kedatangan Firli ke Aceh telah diagendakan jauh-jauh hari, berkait dengan Hari Antikorupsi Dunia (Hakordia) dan peluncuran Bus Antikorupsi KPK RI. Firli juga memiliki sejumlah agenda dinas lainnya di Provinsi Serambi Mekkah itu.
Usai menuntaskan agenda-agenda penting KPK di Aceh, pada Kamis (9/11) malam Firli menghubungi tim JMSI Aceh untuk bersilaturahmi dan ngopi bersama. Bersamaan dengan musim durian, maka acara ‘makan durian’ pun tergelar pula dalam silaturahmi itu.
“Tim JMSI Aceh menyiapkan tempat di Warkop Sekber Jurnalis,”kata Hendro. Ia menerangkan, agenda JMSI Aceh dan Ketua KPK RI saat itu merupakan agenda organisasi yang tidak diniatkan untuk memberikan keterangan pers atau hal-hal yang bersifat resmi lainnya. “Namun karena warung kopi itu merupakan tempat kumpul-kumpul para jurnalis, ketika beberapa wartawan mengetahui Pak Firli sedang ngopi dan makan durian di sana, teman-teman wartawan segera mendatangi Pak Firli untuk mewawancarai beliau,”kata Hendro.
Saat itu, Umar, wartawan Kompas Tv, mendatangi Firli Bahuri dan meminta tanggapan terkait perkara yang tengah bergulir di Polda Metro Jaya. Hendro, yang saat itu persis berada di samping Firli, mengaku mendengar dengan seksama setiap kalimat yang dilontarkan Umar kepada Ketua KPK.
“Pak saya Umar dari Kompas Tv. Apakah boleh saya minta keterangan dan tanggapan dari Bapak?” kata Hendro, menirukan pertanyaan Umar saat itu. Pertanyaan tersebut, menurut Hendro, dijawab tenang oleh Firli Bahuri. Ketua KPK mengatakan, dirinya berada di Warkop Sekber guna menghadiri silaturahmi, ngopi dan makan durian bersama JMSI Aceh. Jika ingin wawancara, kata Hendro, Firli meminta waktu agar hal itu dilakukan usai ngopi dan makan durian.
“Selanjutnya, Umar menunggu hingga Firli Bahuri selesai ngopi dan makan durian bersama kami. Lantas setelah itu, sejumlah wartawan, termasuk Umar, melakukan wawancara doorstop dengan Firli,” kata Hendro. Ia juga mengatakan, setelah itu ebagai ketua JMSI Aceh, dirinya kemudian memberikan keterangan pers terkait acara pertemuan dengan Firli Bahuri tersebut.
Ketika kemudian muncul pemberitaan tentang adanya intimidasi, Hendro menegaskan bahwa hal tersebut tidak benar. “Dapat kami jelaskan, pertemuan silaturahmi berupa ngopi serta makan durian bersama Firli Bahuri itu kami lakukan di ruang terbuka. Semua orang yang hadir pada saat itu, yang merupakan wartawan dan anggota JMSI Aceh, tidak mengalami persoalan saat mengambil gambar dan video-video,”kata Hendro.
Menurut Hendro, pertemuan yang dilangsungkan di ruang terbuka di Warkop Sekber Jurnalis itu juga menunjukkan bahwa Firli Bahuri sama sekali tidak menghindari wartawan. “Justru Firli mendatangi tempat yang selama ini merupakan lokasi mangkal para wartawan di Banda Aceh.”
Jika kemudian ada kesalahpahaman di lapangan terkait dengan pengawalan Firli, menurut Hendro, itu sama sekali bukan kehendak atau perintah Firli. Ia melihat hal itu hanya dinamika teknis yang wajar dialami wartawan dalam meliput pemberitaan. Jelas, kata Hendro, itu bukan hal yang disengaja.
“Kami menyesalkan adanya framing negatif terkait pemberitaan ngopi JMSI Aceh dan Ketua KPK RI Firli Bahuri. Apalagi yang hadir dan ngopi bersama Firli juga merupakan wartawan anggota JMSI Aceh,” kata Hendro. [rls]