Jutaan Warga AS Pilih Nganggur Karena Takut Terinfeksi Covid
Akibatnya banyak perusahaan yang kesulitan mendapat pegawai sementara permintaan produksi dan layanan meningkat seiring membaiknya ekonomi.
JERNIH-Meski ekonomi mulai dibuka kembali, namun para pengusaha di Amerika Serikat (AS) saat ini mengalami kesulitan mencari pegawai. Meski saat ini banyak warga AS yang nganggur.
Dilansir AFP, banyak warga Amerika yang menganggur menahan diri untuk masuk kembali ke dunia kerja karena ketakutan terinfeksi Covid-19.
“Ini adalah paradoks untuk krisis covid. Kami melihat beberapa bulan mendatang ada ketidakseimbangan antara pembukaan pekerjaan dan permintaan,” kata Gregory Daco, Kepala ekonom AS dari Oxford Economics, pada Rabu (21/4/2021).
Kekurangan pekerja terlihat di berbagai sector. Namun menurut Daco, sector yang paling terpukul oleh gelombang PHK adalah ritel, layanan makanan, perhotelan, dan hiburan.
Federal Reserve juga menyebut jika perekrutan karyawan tetap menjadi tantangan, terutama untuk pekerja dengan upah rendah atau per jam. Hal tersebut sesuai dengan hasil survei bisnis AS yang dilakukan antara akhir Februari dan awal April.
Setelah dihantam pandemi Covid-19 lebih dari satu tahun, ekonomi AS mulai pulih. Banyak perusahaan mulai merekrut karyawan untuk memenuhi permintaan yang meningkat.
Namun ternyata banyak orang yang memilih bertahan dirumah menjaga kesehatan. Warga AS tidak siap untuk bekerja kembali karena kekhawatiran akan keselamatan jiwa mereka.
“Masalah utamanya adalah saat ini masih pandemi, dan ada kekhawatiran besar di antara pencari kerja tentang kesehatan dan keselamatan di tempat kerja,” kata Julia Pollak, ekonom situs pencari kerja ZipRecruiter.
Pollak pun mengatakan beberapa pekerja juga takut jika mereka mengambil pekerjaan, mereka akan dipecat lagi.
“Banyak orang mengalami PHK sebagai pukulan yang sangat berat. Mereka tidak terburu-buru untuk kembali ke posisi rentan, terutama karena manfaat yang diperpanjang dan diperluas memberi mereka sedikit waktu,” kata Pollak.
Pandemi corona telah menyebabkan kehilangan lebih dari 22 juta pekerjaan dan baru setengahnya yakni 14 juta telah kembali.
Hingga saat ini hampir 17 juta orang masih menerima bantuan pengangguran dari pemerintah, termasuk pekerja mandiri, dan banyak yang bekerja paruh waktu karena mereka tidak dapat mendapatkan pekerjaan penuh waktu. (tvl)