Kapal Patroli Cina dan Filipina Nyaris Tabrakan di Wilayah Sengketa Laut Cina Selatan
- Kapal Cina melakukan manuver berbahaya pada jarak 50 yard dari kapal patroli Filipina.
- Beijing mengatakan itu manuver profesional dan terkontrol.
JERNIH — Biasanya, Cina membuli Filipina di Laut Cina Selatan, dan Manila meratap ke dunia internasional. Kali ini itu tidak terjadi lagi.
Kapal-kapal Filipina ‘melawan’ upaya blokir dua kapal penjaga pantai Cina di sekitar beting Ayungin. Insiden itu terjadi 23 April lalu, ketika salah satu kapal Cina melakukan manuver berbahaya dan berada pada jarak 50 yard dari kapal Filipina.
Sebelumnya, pada 19 April, insiden serupa terjadi di area yang sama. Departemen Luar Negeri Filipina mengatakan kapal penjaga pantai Cina juga melakukan manuver berbahaya.
Penjaga Pantai Filipina mengatakan pihaknya melakukan patroi selama tujuh hari atas arahan Presiden Filipina Ferdinand ‘Bongbong’ Marcos Jr. Konfrontasi dengan AL Cina terjadi di dekat Pulau Pagasa pada 21 April. Saat itu, kapal AL Cina memerintahkan kapal Filipina meninggalkan posisinya dengan disertai ancaman.
Mao Ning, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, mengatakan manuver Cina profesional dan terkendali. “Perlu diketahui kapal Filipina menyusup ke perairan dengan staf pers di dalamnya,” kata Mao. “Jadi, itu adalah provokasi terencana untuk memulai gesekan dan menyalahkan Cina, serta membesar-besarkan insiden it.
Cina terlibat sengketa teritorial dengan hampir semua negara Asia Tenggara yang mengklaim kedaulatan atas pulau-pulau di Laut Cina Salatan. Beijing mengklaim sekujur Laut Cina Selatan, Filipina merasa berhak atas pulau-pulau tak bertuan di perairan itu.
Presiden Filipina Ferdinand ‘Bongbong’ Marcos Jr meningkatkan protes atas tindakan Beijing. Beijing membalas protes itu dengan mengatakan kehadirannya di Laut Cina Selatan sah meski Pengadilan Internasional membatalkan klaimnya tahun 2016.
Insiden terakhir terjadi saat AS-Filipina melakukan latihan militer gabungan terbesar yang akan berakhir Jumat pekan depan. Filipina di bawah Marcos Jr meningkatkan aliansi militer dengan Washington, dan memperluas akses AS ke situs militer negaranya.