Kapan Luhut Bolehkan Lepas Masker dan Berkumpul Lagi?
Miko tak setuju jika Jakarta dijadikan acuan penurunan tren penularan. Sebab menurutnya, daerah lain berbeda dengan ibu kota termasuk jumlah penduduknya.
JERNIH-Setelah Inggris, Jerman, Denmark, Swedia, Swiss bahan Singapura sudah tak lagi menganggap serius virus Corona dengan mencabut semua kebijakan pembatasan gerak warganya, Indonesia sepertinya masih malu-malu melakukan hal serupa. Negara-negara Eropa termasuk tetangga paling dekat kita, sudah mengalihkan status pandemi jadi endemi.
Itu artinya, virus ini dinilai akan selalu ada pada populasi atau wilayah tertentu. Badan Kesehatan Dunia WHO pun sudah mewanti-wanti kalau Corona berpotensi menjadi endemik.
Pada Senin 14 Februari lalu, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, mengeluarkan pengumuman kalau masa karantina pelaku perjalanan dari luar negeri yang sebelumnya ditetapkan selama 10 hari, dikurangi secara drastis menjadi tiga hari saja. Syaratnya, sudah menerima dosis vaksin ketiga atau booster, sebagai pendorong kekebalan tubuh.
Luhut yang selama ini banyak mengeluarkan perintah terkait virus Corona, juga memperbolehkan masyarakat yang sudah lengkap vaksinnya dan tak punya komorbid jalan-jalan kemana saja tanpa perlu khawatir.
“Kalau memang dia sudah vaksin, sudah dua kali, sudah booster, tidak ada komorbid ya jalan-jalan saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan berlebihan,” kata Luhut.
“Jadi kami saat ini belum memiliki keinginan untuk pengetatan lagi. Justru pelonggaran-pelonggaran akan terus kami lakukan tetapi dengan monitoring yang ketat,” kata Luhut lagi dalam konferensi pers evaluasi PPKM yang ditayangkan secara daring itu.
Di sisi lain, setelah memperkirakan kalau kasus terkonfirmasi di DKI Jakarta ada tren penurunan dan kemungkinan sudah mendekati puncak kasus omicron, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, pada Selasa (22/2) menyatakan kalau dalam sepekan terakir, kasus harian sudah turun. Hanya saja, dia tak berani memastikan apakah Indonesia sudah melewati gelombang ketiga atau belum.
Nadia cuma bilang, pihak Kemenkes masih menunggu lebih lanjut sebab diprediksikan pada minggu keempat bulan ini akan keluar hasilnya. Tentu, sambil memonitor catatan kasus.
“Apakah kita sudah melewati puncak ketiga? Kita akan tunggu lebih lanjut karena prediksi kita minggu keempat sambil memonitor kasus lebih lanjut,” kata dia pada konferensi pers secara
Memang, di sejumlah Provinsi di Pulau Jawa dan Bali, puncak kasus sudah dilewati. Apalagi ketika gelombang Delta melanda. Dan syukurnya, saat ini Nadia bilang, sudah ada penurunan.
Begitu juga di luar dua pulau ini. Nadia bilang, puncak kasus sudah dilampaui dan kini ada penurunan yang sangat siginifikan. Soalnya, jumlah pasien yang mendapat perawatan di rumah sakit juga sudah melandai.
Paling tidak , jika melirik pada data ketika puncak gelombang Delta, ada 93.256 pasien. Sedangkan sekarang, cuma ada 36.488 atau sekitar 38 persen pasien yang meniduri kapasitas tempat tidur di seluruh rumah sakit.
Hanya saja, Tri Yunis Miko Wahyono, Epidemiolog dari Universitas Indonesia, tak setuju kalau Pemerintah melakukan pelonggaran apalagi mengibarkan bendera putih tanda damai dengan virus Corona. Soalnya, sikap yang diambil tak didukung bukti ilmiah kuat. Apalagi menurut dia, ada dua indikator untuk mengambil kebijakan itu yakni jumlah kasus dan angka kematian.
Miko tak setuju jika Jakarta dijadikan acuan penurunan tren penularan. Sebab menurutnya, daerah lain berbeda dengan ibu kota termasuk jumlah penduduknya.
Terlebih, angka kematian juga dikabarkan bertambah pada bulan Februari dengan menembus angka 100. Bangsal perawatan mulai dijejal, dan Pemerintah Daerah di beberapa wilayah juga diberitakan mulai mengerahkan tim khusus pemulasaran jenazah dengan prosedur penyakit menular.
“Tidak menutup kemungkinan melakukan pembatasan sosial. Jadi memperketat, bukan memperlonggar,” kata Miko mengutip pemberitaan BBC.
Lalu, kapan tepatnya kita diperbolehkan melepas masker dan bergerak bebas seperti sebelum tahun 2020? Tunggu saja tanggal mainnya.[]