Kata Ulama Iran, Vaksin Barat Bikin Orang Jadi Gay
- Hari ini Iran memulai kampanye vaksinasi.
- Ayatollah Ali Khamenei melarang penggunaan vaksin Barat, tapi Iran akan mendapatkan vaksin AstraZeneca.
JERNIH — Ayatollah Abbas Tabrizian, ulama Iran di kota suci Qom, melarang pengikutnya mendekati penerima vaksin virus Covid-19.
“Suntikan vaksin membuat individu menjadi gay,” kata Ayatollah Abbas Tabrizian dalam postingan di platform Telegram.
“Jangan dekati mereka yang telah menerima vaksin, karena orang-orang itu telah menjadi homoseksual,” lanjutnya.
Ayatollah Abbas Tabrizian dikenal karena kritik historisnya terhadap pengobatan Barat. Pengikutnya, diperkirakan berjumlah 210 ribu, menyebut Bapak Pengobatan Islam.
Tahun lalu, ulama radikal ini membakar salinan Manual Pengobatan Harrison, yang disebutnya sebagai buku tidak relevan.
Iran hari ini mulai kampanye vaksinasi menggunakan vaksin Spunik V buatan Rusia. Moskwa mengirim dua juta dosis, dan otoritas kesehatan Iran telah mengeluarkan ijin penggunaan darurat.
Selain Sputnik V, Iran juga akan mendapatkan 4,2 juta vaksin AstraZeneca-Universitas Oxford kendati Ayatollah Ali Khamenei melarang penggunaan vaksin Barat.
Vaksin AstraZeneca yang akan masuk ke Iran kemungkinan dibuat di India, bukan di negara-negara Eropa.
Menakut-nakuti
Sheina Vojoudi, pembang Iran, mengatakan Ayatollah Abbas Tabrizian menyebarkan omong kosong semata untuk menakut-nakuti penduduk.
Alasan lain, pejabat Iran mendapatkan vaksin Pfizer. Mereka yang tidak percaya vaksin Barat tidak mendapatkannya.
Seperti ulama lain di Iran, Tabrizian menghubungkan semua kekurangan dengan seksualitas.
Iran adalah negeri Timur Tengah paling menderita akibat pandemi Covid-19, dengan 1,5 juta kasus. Program vaksinasi dimaksudkan untuk menekan penyebaran virus.
Target vaksinasi pertama adalah tenaga medis, dokter, dan mereka yang merawat pasien. Setelah dosis berikut tiba, Iran akan menyuntik kelompok usia lain.
Selain membeli vaksin dari luar negeri, Iran juga mengembangkan vaksin dalam negeri. Razi Vaccine dan Serum Research Institut sedang menguji vaksin itu.