Kearifan Lokal, Benteng Masuknya Paham dan Ideologi Transnasional
“Kearifan lokal adalah benteng yang luar biasa bagi masuknya budaya-budaya luar”
BANJARMASIN – Kewaspadaan terhadap banyaknya aktifitas digital yang mulai disusupi pesan radikal dan intoleran harus ditingkatkan. Terlebih jika terjadi kejadian besar yang cukup banyak menarik perhatian, bahkan kerap ingin memecah belah bangsa.
Oleh karena itu, Ketua Ikatan Kekeluargaan Antar Suku Bangsa (IKASBA) Kalimantan Selatan, Aliansyah Mahadi, menilai pentingnya masyrakat untuk kembali memperkuat kearifan lokal sebagai benteng masuknya paham dan ideologi transansional.
“Kearifan lokal adalah benteng yang luar biasa bagi masuknya budaya-budaya luar,” ujarnya di Banjarmasin, ,Jumat (3/9/2021).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat, lanjut Mahadi, sehingga mereka cenderung meninggalkan kearifan lokal, misalnya perkembangan teknologi yang dinilai menjadi pemicu para generasi muda yang sudah tidak memperhatikan kearifan lokal.
Selain itu, masyarakat masih belum cermat dalam mengikuti perkembangan global dibandingkan dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki, sehingga mudah tertipu oleh perkembangan yang terlihat nyata dihadapan.
Masyarakat juga kurang jeli dalam mengontrol azas manfaat yang lebih mengutamakan kepentingan utama dari pada kepentingan umum yang belum jelas peruntukannya. Sehingga Didit menilai, segenap pemerintah dan komponen masyarakat harus memiliki upaya kongkrit mencegah masuknya paham atau ideologi transnasional.
Tidak hanya itu, Didit juga memandang perlu penanaman kearifan lokal melalui lingkungan pendidikan, sehingga generasi penerus bangsa dibekali akhlak hidup berbangsa dan bernegara serta dapat belajar saling melengkapi, menyempurnakan, tenggang rasa, dan peduli kepada sesama anak bangsa, hindari kepentingan kelompok, dan komunitas atau kepentingan segelintir.
“Membumikan Pancasila bagi anak bangsa kedalam semua lapisan baik pelajar,mahasiswa, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh agama, tokoh adat mutlak diperlukan, yang formal dalam kurikulum sekolah baik intra kulikuller maupun ekstra kulikuler demi memperkuat kearifan lokal,” kata Didit.
Sebagai upaya membangkitkan kearifan lokal di daerahnya, pihaknya juga melakukan upaya kongkrit bersama IKASBA dalam rangka penanaman kearifan lokal bersama para tokoh-tokoh etnis, untuk bersinergi sama-sama kembali meneladaniyang sudah disampaikan oleh para tokoh-tokoh pendahulu, baik tokoh suku, paguyuban, dan sebagainya.
“Tentunya sudah menjadi keharusan untuk menerapkan nilai kearifan lokal di semua lini. Kalau perlu dibuat semacam di Peraturan Daerah (Perda). Seperti yang disampaikan mantan Kepala BNPT, Suhardi Alius, agar pemerintah daerah ikut berperan bersama-sama dengan FKPT di daerah,” ujar dia.