Kerja Sama PPAD–PLN Hijaukan Lahan Kritis
Yuhan menggarisbawahi soal komitmen penanaman pohon. Kalau tidak, maka selesai ditanam, tiga bulan kemudian pohon yang hidup hanya 70 persen. Enam bulan kemudian, tinggal plang peresmian. Tiga bulan ketiga berikutnya, sudah berdiri bangunan villa.
JERNIH– Meluncurlah larik-larik kalimat pantun yang puitis di Aula Soerjadi Gedung PPAD, Matraman Jakrta Timur, Selasa (22/8) lalu. Pelantun pantun itu adalah Gregorius Adi Trianto, direktur EVP Komunikasi Korporat dan TJSL, PT PLN (Persero).
Begini bunyinya:
Pohon jati, pohon meranti
Tumbuh subur di pelosok negeri
Mari kita jaga kelestarian hayati
Demi menjaga ibu pertiwi
Dengan pantun itu pula ia menutup kata sambutan, dalam acara Penandatanganan Naskah Kerjasama antara PLN (Persero) dengan Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat (PPAD). Kerjasama dimaksud terkait Program Rehabilitasi Lahan Kritis dan Lahan Tidur di sejumlah wilayah di Tanah Air.
Menurut Gregorius Adi, pihaknya sudah kerap bekerjasama dengan berbagai organisasi untuk program yang sama. “Khusus dengan TNI, kami (PLN) mendapatkan laporan secara lengkap dan komprehensif, berikut dokumentasi before-after,” ujar Gregorius, seraya menambahkan, ”karena itu, kami tidak ragu lagi untuk program kerjasama yang sebentar lagi kita tanda tangani ini.’’
Ia juga memuji program ini sangat tertata. “Dan sudah terbukti kepemimpinan Bapak Ketum PPAD, Jenderal Doni Monardo sangat kuat, sehingga kami yakin program ini akan sukses seperti program sebelumnya, dan membawa kebaikan bagi lingkungan dan kesejahtraan masyarakat di kemudian hari,”katanya.
Gregorius menyadari, penanaman pohon bukan program yang sederhana, yang bisa ditanam kemudian ditinggal. Ia memerlukan effort khusus merawat dan menjaga bibit pohon yang ditanam hingga betul-betul tumbuh subur. “Dan kerja sama ini akan menjadi percontohan bagi anak-anak Perusahaan PLN,” kata Gregorius pula.
Bumi makin panas
Sebelumnya, Waketum II PPAD, Letjen TNI Purn AM Putranto membuka acara. Sebagai penanggung jawab program, Putranto berharap program ini juga bisa meredam iklim alam yang panas. “Sebuah kolaborasi yang mulia. Semua negara, tanpa kecuali, akan mendukung program rehabilitasi lingkungan ini. Sekaligus menjadi bagian dari upaya mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045,”ujar Putranto.
Ia juga berseloroh tentang panasnya suhu udara di ibu Kota Jakarta. “Sekarang saja sudah 30, sebentar lagi bisa menyentuh 32 derajat Celcius. Bumi makin panas, itulah perlunya program kita hari ini,” kata Putranto.
Acara hari itu juga dihadiri Sekjen PPAD, Mayjen TNI Purn Dr Komarudin Simanjuntak. Ia memperkenalkan unsur-unsur TNI-AD yang hadir dalam zoom meeting pagi itu, sebagai para penanggung jawab program di wilayah masing-masing.
Mereka di antaranya, perwakilan dari Kodam III/Siliwangi, Kodam V/Brawijaya, dan Kodam XVI/Pattimura, Batalyon Infanteri 731/Kabaresi, Ambon, Brigif Para Raider 3/TBS Kariango Sulawesi Selatan, Batalyon 516/Brigif 16 Brawijaya. Oleh Komaruddin, mereka satu per satu diminta memberikan testimoninya, terkait program yang nanti bakal melibatkan satuan masing-masing.
Semua menyatakan siap melaksanakan tugas penghijauan dan siap mengawal. Sekjen Komaruddin berpesan agar senantiasa berkoordinasi dengan PPAD dalam pelaksanaannya
Pohon dan perang
Terakhir, Ketua Umum PPAD, Letjen TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo pun menyampaikan arahan kepada hadirin melalui zoom meeting. Mengilas balik program penghijauan yang pernah dilakukannya brigif para raider 3/TBS Kariango, kemudian di Maluku, serta di Cisanti, hulu Sungai Citarum. Semua program, tidak ada yang mudah, bahkan tidak sedikit mendapat kritik dan tantangan dari kolega maupun bawahan.
Akan tetapi, dengan ketekunan, kesabaran, dan tekad keras dan uasaha maksimal, semua bias terwujud. Dalam menanam pohon, juga diperlukan kepemimpinan yang kuat. “Jadi kepemimpinan kuat itu tidak hanya di medan perang, tetapi juga termasuk dalam menanam pohon. Kita tidak boleh kalah, pohon harus dirawat, diawasi, dipelototi bila perlu, kalau ada yang mati, harus diganti,” ujar Kepala BNPB 2019 – 2021 itu.
“Kalau tidak diganti, prajurit penjaganya harus tidur di sebelah pohon yang mati tadi,’’ kata Doni memberi contoh apa yang ia lakukan di Kariango, saat ia menjadi Danbrif di sana (2006 – 2008).
Di sela-sela arahan, Doni sempat meminta Yuhan Subrata, seorang aktivis penghijauan yang sudah bersama-sama Doni menanam pohon di seluruh wilayah Indonesia sejak tahun 2010.
Yuhan menggarisbawahi soal komitmen penanaman pohon. Kalau tidak, maka selesai ditanam, tiga bulan kemudian pohon yang hidup hanya 70 persen. Enam bulan kemudian, tinggal plang peresmian. Tiga bulan ketiga berikutnya, sudah berdiri bangunan villa. [egy]