Crispy

Lebih 50 Persen Petugas Medis AS Menolak Vaksinasi

  • Menolak vaksinasi dengan alasan politik paling menonjol.
  • Perawat lain menolak vaksin karena merasa sehat-sehat saja sampai saat ini.
  • Apakah perawat yang menolak vaksin adalah pendukung Donald Trump?

JERNIH –– Pemilu AS telah usai. Donald Trump kalah, dan Joe Biden menang, tapi politisasi pandemi Covid-19 masih berlangsung. Buktinya, lebih 50 persen perawat dan petugas medis AS menolak vaksinasi dengan alasan politik.

Mike DeWine, gubernur Ohio, akhir pekan ini mengatakan lebih 60 persen pekerja dan perawat panti jompo menolak vaksinasi.

New York Post melaporkan lebih setengah pekerja Layanan Medis Darurat (EMS) New York menunjukan skeptisisme terhadap vaksinasi.

Terakhir, California dan Texas melaporkan terjadi peningkatan jumlah petugas medis yang menolak vaksinasi. Los Angeles Times melaporkan 50 persen pekerja medis garis depan di Riverside County di Golden State sepakat menolak vaksinasi.

Di California, hanya setengah dari seluruh pekerja rumah sakit RS Elizabeth berseida menerima vaksin. Di Lone Star State, seorang dokter di Houston Memorial Medical Center mengatakan separuh perawat tidak bersedia menerima vaksin dengan alasan politik.

Survei yang digelar Kaiser Family Foundation menemukan 29 persen petugas kesehatan meragukan keampuhan vaksin. Banyak responden menentang vaksinasi karena politik mempengaruhi pengembangan vaksin.

Seorang perawat di RS California menolak vaksin dengan alasan hamil, tapi sejumlah rekannnya punya alasan lain yaitu tidak butuh vaksin untuk melawan pandemi.

“Saya merasa masih bisa bertahan sampai saat ini tanpa vaksin,” kata April Lu, perawat berusia 31 tahun di Providence Holy Cross Medical Center.

Marc Lipsitch, ahli epidemiologi Universitas Harvard, mengatakan penolakan juga terjadi di masyarakat umum. Situasi ini mengkhawatirkan karena kemampuan masyarakat kembali ke tingkat fungsi lebih tinggi tergantung pada seberapa banyak yang terlindung dari Covid-19.

Back to top button