Magawa Tikus Pencari Ranjau Pensiun
- Lima tahun bertugas, Magawa mengoleksi 71 ranjau dan 38 pedak.
- Belum ada rekan sesama tikus yang menyamai rekor Magawa.
- Setelah pensiun, Magawa akan membantu melatih 20 ekonor tikus raksasa Afrika lainnya.
JERNIH — Michael Heiman, manajer program Pencari Ranjau (APOPO) di Kamboja, diliputi perasaan campur aduk ketika mengumumkan akan mempensiunkan Magawa akhir Juni 2021.
Magawa adalah tikus raksasa berkantung Afrika, atau Cricetomys gambianus. Sesuai namanya, tikus berasal dari Afrika, tapi Magawa dibawa dari Tanzania.
Tahun 2016, setelah mengikuti pelatihan di Tanzania, Magawa dibawa ke Kamboja dan bertugas di Siem Reap — lokasi kuil terkenal Angkor Watt dengan hamparan tanah berisi ladang ranjau belum terdeteksi.
Magawa bertugas di area seluas 42 kali lapangan sepakbola. Ia tidak sendiri, puluhan rekan satu spesies menjalani tugas serupa selama bertahun-tahun.
Selama lima tahun bertugas, Magawa memimpin klasemen penemuan ranjau. Ia mengoleksi 71 ranjau dan 38 bom, granat, dan peledak lainnya.
Untuk setiap ranjau dan peledak yang ditemukan, Magawa meminimalkan risiko bahaya bagi penduduk Kamboja. Sukses Magawa ditentukan satu hal, ia mampu mencium ranjau di area seluas lapangan tenis dalam 30 menit.
PDSA, sebuah badan amal di Inggris, memberi penghargaan medali emas kepada Magawa. Lebih hebat lagi, ia menjadi tikus pertama yang menerima penghargaan bergengsi itu; bergabung dengan bintang lain; anjing, merpati, kucing, dan lainnya.
Meski secara fisik masih sehat, Magawa harus pensiun. Ia mulai lambat dan tidak lincah lagi. Ia masih bisa berlari di ladang ranjau dengan tubuhnya yang ringan tapi penciumannya mulai berkurang.
Magawa lahir tahun 2014. Ia generasi pertama tikus Gambia yang digunakan mencari ranjau di Kamboja. Rekan Magawa di wilayah lain di Kamboja masih bertugas, tapi belum satu pun melampaui rekor 71 ranjau dan 38 peledak.
Kamboja adalah negara dengan ladang ranjau terbesar di dunia. Hamparan ranjau terbesar, disebut K-5, terbentang di perbatasan Thailand. Banyak pakar memperkirakan satu juta ranjau tersebar di wilayah ini.
Ranjau berasal dari masa Perang Indocina II, ketika Kamboja menjadi jalur Ho Chi Minh, perang suksesi yang melibatkan nasionalis Kamboja versus Khmer Merah, serta invasi Vietnam ke Kamboja untuk mengakhiri kekuasaan Khmer Merah pimpinan Pol Pot.
Ranjau disebar di perbatasan oleh Khmer Merah untuk mencegah penduduk melarikan diri ke perbatasan Thailand. Ranjau-ranjau itu menjadi pembunuh tak terlihat penduduk Kamboja.
APPO berusaha membersihkan ranjau bertahun-tahun agar lahan bisa digunakan penduduk untuk becocok tanam. Upaya yang tidak mudah, karena bahaya yang terlalu tinggi.
Banyak binatang dilatih dan dilibatkan dalam pencarian ranjau; kucing, anjing, kuda, dan lainnya, tapi gagal dan berujung pada kematian. Tikus raksasa Gambia menjadi pilihan menyusul sukses mereka membersihkan ranjau di Afrika.
Sukses Magawa terletak pada tubuh mereka yang ringan. Meski bertubuh jauh lebih besar dari tikus biasa, tikus Gambia relatif tingan. Mereka bisa menginjak ranjau tapi tak membuatnya meledak.
Berat Magawa, misalnya, 1,2 kilogram. Ia mampu menemukan ranjau lebih cepat dari detektor logam. Saat menemukan ranjau, Magawa akan menggarukan kaki dekannya ke tanah seolah menggali.
Kini, Maga melewati hari-hari terakhir sebelum pensiun dengan bermain bersama petugas. Ia akan membantu petugas melatih 20 tikus raksasa yang baru saja tiba di Kamboja untuk mencari ranjau.
“Magawa adalah tikus luar biasa,” kata Heiman. “Kami kehilangan dia dalam operasi.”