Malaysia Hentikan Ekspor Ayam, Singapura Kelimpungan
Malaysia mengekspor daging unggas senilai US$18,9 juta pada tahun 2020, menjadikannya pengekspor produk terbesar ke-49 di dunia. Pasar ekspor utamanya adalah Thailand, Singapura, Jepang, Hong Kong dan Brunei.
JERNIH – Jika Pemerintah Indonesia sibuk dengan urusan minyak goreng yang mahal dan sempat langka, Malaysia mengalami masalah pasokan daging ayam. Pemerintahan Malaysia akan membatasi ekspor ayam mulai 1 Juni untuk memastikan tercukupinya kebutuhan di pasar domestik
Malaysia mengumumkan pada 23 Mei bahwa mereka akan membatasi ekspor ayam mulai 1 Juni. “Prioritas pemerintah adalah rakyat kita sendiri,” kata Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob dalam sebuah pernyataan. Ia juga menambahkan bahwa pihak berwenang juga akan menyelidiki tuduhan harga kartel.
Perdana Menteri juga mengatakan pemerintah sudah mengetahui klaim bahwa kartel mengendalikan harga dan pasokan. Ia terlah meminta pihak berwenang akan menyelidiki tuduhan tersebut.
Banyak warga Malaysia mengeluhkan kenaikan harga ayam di tengah kekurangan pasokan. Beberapa pengecer terpaksa menjatah penjualan mereka. Faktor yang mempengaruhi pasokan antara lain kenaikan biaya pakan ayam, infeksi penyakit dan kondisi cuaca.
Izin yang telah disetujui untuk mengimpor ayam utuh dan ayam potong telah dihapus, sebuah langkah yang bertujuan untuk meningkatkan pasokan makanan. Selain menghentikan ekspor hingga 3,6 juta ayam per bulan mulai Juni, Malaysia mengatakan akan menambah stok ayam dan mengoptimalkan fasilitas penyimpanan dingin yang ada di bawah Kementerian Pertanian dan Industri Makanan dan lembaga.
Malaysia mengekspor daging unggas senilai US$18,9 juta pada tahun 2020, menjadikannya pengekspor produk terbesar ke-49 di dunia. Pasar ekspor utamanya adalah Thailand, Singapura, Jepang, Hong Kong dan Brunei, menurut platform data Observatory of Economic Complexity.
Singapura, misalnya, mengimpor sekitar 34 persen ayamnya dari Malaysia, yang hampir semuanya didatangkan sebagai ayam hidup kemudian dipotong dan didinginkan secara lokal.
Importir ayam Singapura mengatakan sulit untuk beralih ke sumber lain dalam waktu singkat karena Malaysia membatasi ekspor. “Pengumuman mendadak oleh Malaysia kemungkinan akan berdampak buruk pada harga ayam dan produk terkait di Singapura,” kata presiden Asosiasi Konsumen Singapura (CASE) Melvin Yong.
Beberapa pemilik kios pasar basah mengatakan mereka mungkin harus tutup sementara. Pedagang juga menambahkan bahwa larangan ekspor dapat mengakibatkan kenaikan harga ayam lebih lanjut sehingga mengurangi minat pembali.
Importir ayam di Singapura juga telah menyatakan keprihatinannya tentang peralihan ke sumber alternatif dalam waktu singkat. Meskipun mungkin ada gangguan sementara pada pasokan ayam dingin, Badan Pangan Singapura (SFA) mengatakan ayam beku tetap tersedia, mendesak konsumen untuk mempertimbangkan opsi itu serta sumber produk daging lainnya. SFA mengatakan sedang bekerja dengan pemangku kepentingan untuk meminimalkan dampak menurunnya pasokan lokal .
“Misalnya, mereka akan mengaktifkan rantai pasokan mereka untuk meningkatkan impor ayam dingin dari sumber alternatif, meningkatkan impor ayam beku dari pemasok non-Malaysia yang ada, atau menarik dari stok unggas mereka,” tambahnya.
Menurut SFA, Singapura mengimpor 214.400 ton ayam pada tahun 2021. Hampir setengah dari impor ayam berasal dari Brasil. Amerika Serikat menyumbang 8 persen dari impor, sementara negara dan wilayah lain menyumbang 10 persen.
Singapura juga mengimpor 52 persen pasokan telurnya dari Malaysia pada 2021. 30 persen lainnya diproduksi secara lokal, sementara Polandia menyediakan 9 persen. Sepuluh persen diimpor dari negara dan wilayah lain. [CNA]