Crispy

Mantan Tentara Afghanistan Bentukan AS Ramai-ramai Bergabung ke Kelompok Teroris IS-Khorasan

  • AS berpengalaman empat dekade di Afghanistan, tapi tak pernah belajar.
  • AS membiayai Mujahiddin Afghanistan, yang kemudian menjadi Taliban.
  • AS menghabiskan Rp 1.255 triliun untuk mempersenjatai dan melatih tentara Afhanistan. Kini tentara didikan AS gabung ke teroris IS-Khorasan.

JERNIH — Sejak lama Taliban menuduh Washington mendanai ISIS, kini mereka membuktikan kebenaran tuduhan itu dengan semakin banyak tentara Afghanistan yang dilatih AS bergabung dengan kelompok teroris ISIS Khorasan.

AS menghabiskan 88 miliar dolar AS, atau Rp 1.255 triliun, untuk melatih dan mempersenjatai militer Afghanistan. Semua itu sia-sia, mereka menolak bertempur ketika Taliban menaklukan kota-kota di Afghanistan dengan kecepatan luar biasa.

Kini, Taliban menjanjikan amnesti kepada seluruh personel tentara Afghanistan bentukan AS. Terakhir, Taliban mencoba merangkul mereka untuk menjadi bagian Tentara Nasional Afghanistan.

Yang terjadi adalah, menurut laporan Wall Street Journal, jumlah mantan tentara Afghanistan dan mata-mata terlatih berbondong-bondong bergabung dengan ISIS-Khorasan — satu-satunya kekuatan yang menentang kekuasaan Taliban di Afghanistan.

ISIS-Khorsan, sering pula disebut IS-K, menyambut mereka dengan tangan terbuka dan penuh semangat. Seorang mantan pejabat keamanan Afghanistan mengatakan mereka bergabung dengan IS-K untuk mendapatkan gaji, dan tidak banyak berharap pada Taliban.

“Jika ada kelompok perlawanan, mereka akan bergabung dengan kelompok itu,” kata Rahmatullah Nabil, mantan pemimpin mata-mata Afghanistan. “Untuk saat ini, IS-K adalah satu-satunya kelompok bersenjata yang melawan Taliban.”

IS-K dan Taliban adalah kelompok fundamentalis Islam, tapi ideologi keduanya berbeda. Taliban adalah organisasi nasionalis yang didominasi Punjabi tanpa tujuah yang dinyatakan di luar perbatasan Afghanistan, dan relatif toleran terhadap sekte Islam lainnya.

IS-K tidak bisa berdamai dengan Shiah dan sekte Muslim lainnya. Bagi IS-K, Shiah adalah kelompok murtad yang bertujuan mendirikan kekhalifahan Islam di seluruh dunia, seperti yang coba dilakukan ISIS di Suriah dan Irak.

Semula, IS-K ditekan Taliban dan mengecil. Mereka muncul kembali di tengah kekacauan penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Mereka menunjukan eksistensi dengan pemboman bunuh diri di Bandara Kabul, menewaskan 13 tentara AS dan ratusan penduduk Afghanistan.

Tidak diketahui keahlian kritis dan teknik intelejen apa yang dibaa mantan prajurit Afghanistan bentukan AS ke IS-K. Sebab, mereka tidak menggunakan kemampuan itu untuk mencegah Taliban kembali ke Kabul dan lebih suka meletakan senjata dan menyerah, atau lari lintang pukang.

Tentara Afghanistan dilatih AS menggunakan semua senapan, tapi tidak satu pun dari mereka melepas tembakan saat Taliban datang menghadapi mereka.

Fakta bahwa tentara Afghanistan mendaftar ke IS-K pada bulan-bulan pertama setelah penarikan pasukan AS menggambarkan masalah yang belum dipelajari pembuat keputusan di Washington. Padahal, AS berpengalaman di Afghanistan selama empat dekade.

Seperti Mujahiddin Afghanistan yang didanai AS dan pada akhirnya berubah menjadi Taliban pada khir 19800an dan awal 1990-an, kini tentara Afghanistan yang dididik AS berpotensi memperkuat IK-K.

Di Irak, ISIS membesar setelah tentara Irak, yang setia kepada Saddam Hussein dibiarkan tanpa pekerjaan setelah invasi tahun AS tahun 2003, bergabung.

AS kini membunyikan alarm tentang kebangkitan IS-K, dengan wakil menteri pertahanan Colin Kahl mengatakan bahwa kelompok itu dapat berada dalam posisi menyerang Barat dari Afghanistan dalam enam bulan ke depan.

Mawlawi Zubair, seorang komandan senior Taliban, mengatakan pihaknya tidak takut menghadapi kebangkitan IS-K yang diperkuat mantan tentara Afghanistan.

“Kami juga tidak perlu mencari bantuan untuk melawan mereka,” kata Zubair.

Back to top button