Memaknai Maulid Nabi Muhammad SAW, Menjaga Ukhuwah Wathaniyah di Indonesia
“Sebagaimana Nabi Muhammad masuk ke Madinah, maka Madinah itu menjadi tanah yang madani, aman, damai, dan sebagainya sampai dengan hari ini. Inilah yang mau dicontoh Indonesia. Dengan masuknya Islam di Indonesia maka akan menumbuhkan kedamaian, kebaikan, dan penuh toleransi”
JAKARTA – Sudah sejak dahulu kala, Islam di nusantara menunjukkan wajah yang damai dan penuh kearifan. Konflik-konflik yang terjadi di Tanah Air justru menumbuhkan kedewasaan dalam melihat bagaimana perjalanan dakwah keislaman. Bahkan para pendakwa dan kyai-kyai membuktikan tidak adanya pertentangan antara nasionalisme dan ajaran Islam, karena menyadari betul bahwa untuk bisa berdakwah, dibutuhkan Tanah Air yang kondusif.
Ketua bidang Kerukunan Antar-Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI), Yusnar Yusuf Rangkuti, menuturkan sebagaimana kelahiran Nabi Muhammad SAW yang membawa suri tauladan baik kepada seluruh umat di muka bumi, tidak serta merta membuat beliau mudah dalam menyebarkan kebaikan, terlebih munculnya perlawanan di Mekkah yang membuatnya harus melakukan hijrah ke Madinah sebagai negeri yang aman dan damai.
“Sebagaimana Nabi Muhammad masuk ke Madinah, maka Madinah itu menjadi tanah yang madani, aman, damai, dan sebagainya sampai dengan hari ini. Inilah yang mau dicontoh Indonesia. Dengan masuknya Islam di Indonesia maka akan menumbuhkan kedamaian, kebaikan, dan penuh toleransi,” ujarnya di Jakarta, Rabu (20/10/21).
Perbedaan suku dan agama di Indonesia menambah dinamika perkembangan Islam. Sehingga masyarakat memahami dan menjadi tahu bahwasanya agama-agama lain juga mengajarkan cinta terhadap perdamaian, dimana semua agama mampu berjalan berdampingan.
“Karena Islam menjadi mayoritas di Indonesia, tidak serta merta menjadikan aspek sosiologi-antropologinya mengikuti agama yang kita anut (Islam). Tetapi sebagai mayoritas maka sudah selayaknya kita menaungi dan merangkul saudara-saudara kita sebagai simbol perdamaian antar umat beragama,” kata Yusnar
Dalam tiga konsep ukhuwah dimana salah satunya yaitu ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan), menjadi hal yang harus didahulukan ketimbang ukhuwah Islamiyah. Dimana pada konsep ukhuwah wathaniyah seseorang atau sekelompok masyarakat merasa bersaudara dan membina hubungan baik, karena merupakan bagian dari satu bangsa yaitu bangsa Indonesia.
Sejatinya, lanjut Yusnar, banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjaga ukhuwah wathaniyah. Misalnya dengan memberikan bantuan-bantuan sosial secara konkrit, terlebih ketika pandemi covid-19. Dimana sejatinya masyarakat yang mampu (memiliki ekonomi mapan) harus peka untuk menolong orang-orang di sekitarnya tanpa mempedulikan perbedaan suku dan agama.
“Jangan lagi kita pikirkan ‘ini pemerintah belum memberi’, jangan kita pikirkan itu. Kita jalan saja. Pemerintah mau mendukung ya silahkan. Kalau belum bisa ya apa boleh buat. Sebagai umat Islam, kita akan tetap jalan untuk kebaikan,” katanya.
Ia juga memandang pentingnya peran para tokoh agama, masyarakat, dan ormas-ormas dalam menjaga ukhuwah wathoniyah dengan terus mengajarkan kepada umat atau kepada pengikutnya bahwa agama yang dianutnya adalah agama yang benar, menyayangi semua umat dan menyayangi semua manusia yang hidup di atas bumi Allah.
Terkait peran dari pemerintah dalam menjaga Ukhuwah Wathoniyah yang ada di masyarakat, Yusnar beranggapan, bahwa pemerintah harus bisa mendengar apa yang menjadi keluhan rakyatnya.
“Pemerintah sudah melakukan itu untuk menjaga Ukhuwah Wathoniyah yang ada di masyarakat,” kata dia.