
Di hadapan para undangan, Fadli menyampaikan pentingnya mengembalikan budaya ke tubuh masyarakat. “Gerak adalah bahasa pertama manusia, dan budaya adalah napasnya,” kata dia dalam sambutan yang disambut hangat peserta. Peluncuran Senam Kebudayaan Indonesia, menurutnya, merupakan inovasi yang menjembatani tradisi, ekspresi kebugaran, serta identitas nasional dalam satu ruang gerak yang utuh.
JERNIH– Menteri Kebudayaan Fadli Zon menjadi tokoh sentral dalam peluncuran Senam Kebudayaan Indonesia yang digelar Senin (1/12/2025) di Yayasan Bambu Indonesia, yang diasuh Ki Jatnika, Cibinong, Bogor. Dengan momentum yang beririsan dengan rangkaian Hari Bambu, Fadli menegaskan bahwa pelestarian budaya tidak cukup hanya disuarakan—namun harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk melalui aktivitas fisik yang menyehatkan sekaligus sarat nilai budaya.
Di hadapan para undangan, Fadli menyampaikan pentingnya mengembalikan budaya ke tubuh masyarakat. “Gerak adalah bahasa pertama manusia, dan budaya adalah napasnya,” kata dia dalam sambutan yang disambut hangat peserta. Peluncuran Senam Kebudayaan Indonesia, menurutnya, merupakan inovasi yang menjembatani tradisi, ekspresi kebugaran, serta identitas nasional dalam satu ruang gerak yang utuh.
Ki Jatnika dan Filosofi Gerak Nusantara
Acara ini menjadi semakin bermakna karena berlangsung di padepokan asuhan H. Jatnika Nanggamiharja, tokoh budaya yang menggubah rangkaian Senam Kebudayaan Indonesia. Ki Jatnika, yang sejak lama memperjuangkan pelestarian bambu dan budaya Nusantara, menempatkan senam ini sebagai medium untuk “menjadikan tubuh manusia sebagai ruang ingatan budaya.”
Gerakan dalam senam yang diciptakannya memadukan napas, ritme, dan harmoni gerak Nusantara. Tidak rumit, tidak esoteris, tetapi dibuat agar bisa diikuti siapa saja: dari siswa sekolah, ibu-ibu komunitas, hingga lansia yang tetap ingin bergerak dengan aman.
Momentum peringatan Hari Bambu menambah lapis makna. Bambu, bagi Ki Jatnika, adalah simbol kelenturan yang tak patah—falsafah yang sama yang ia tanamkan dalam rangkaian senam ini.
Dihadiri Tokoh Nasional Lintas Latar
Peluncuran ini juga diramaikan kehadiran sejumlah tokoh penting dari berbagai bidang—menggambarkan bahwa pelestarian budaya bukan urusan satu kementerian atau satu lembaga saja. Hadir di antaranya, Prof. Yuddy Chrisnandi, menteri PAN-RB 2014–2016; Agus Suparmanto, menteri perdagangan 2019–2024; Kepala BNN Komjen Pol Suyudi Ario Seto, anggota Komisi I DPR, Jenderal TB Hasanudin, serta para pegiat budaya, pemerhati lingkungan, dan komunitas pelestari tradisi.
Kehadiran para tokoh itu menjadi bentuk dukungan moral bahwa kebudayaan—dalam wujud gerak sekalipun—adalah fondasi yang tak boleh ditinggalkan oleh bangsa yang ingin melangkah maju.
Peluncuran Senam Kebudayaan Indonesia itu pun menegaskan arah baru: budaya tidak hanya dirayakan lewat panggung, festival, atau naskah akademik, tetapi dibawa ke ruang publik—melalui tubuh, kesehatan, dan rutinitas harian.
Menbud Fadli menyebut senam ini sebagai “jembatan antara ingatan dan masa depan.” Ki Jatnika menggambarkannya sebagai “laku hidup yang mengakar sekaligus mengalir.” Para tokoh yang hadir pun sepakat bahwa gerakan semacam ini perlu didorong menjadi program nasional di sekolah, desa, dan komunitas. Dari Cibinong, sebuah gerakan budaya dimulai lagi—ringan, ritmis, dan menyenangkan—tetapi dengan fondasi nilai yang kuat. Senam Kebudayaan Indonesia resmi diperkenalkan, menandai langkah baru dalam merawat kebudayaan melalui gerak dan kesehatan masyarakat. [ ]






