Menjelang Pemilu 2021, Pemerintah Uganda ‘Amankan’ Jurnalis dan Penulis
IGANGA (UGANDA)—Pihak keamanan Uganda menindak para penulis dan jurnalis yang menentang pemerintahan Presiden Yoweri Museveni menjelang pencalonannya pada pemilu 2021.
Dilaporkan Reuters pada Jumat (10/7/2020), sebuah organisasi non-pemerintah (Non-Governmental Organization/NGO) yang fokus pada kebebasan dan perlindungan jurnalis di seluruh dunia, Committee to Protect Journalists (CPJ), mengatakan pihaknya mencatatat sepuluh kasus penyerangan dan penahanan para jurnalis yang dilakukan oleh pihak keamanan Uganda.
Organisasi yang bermarkas di New York, Amerika Serikat (AS) ini, juga melaporkan bahwa para jurnalis tersebut didakwa melakukan pelanggaran terhadap kerja-kerja jurnalistik.
“Polisi dan militer telah mengubah liputan politik menjadi tugas yang berbahaya,” tutur Muthoki Mumo, perwakilan CPJ untuk Afrika sub-Sahara.
Juru bicara pihak kepolisian setempat, Freg Enanga, enggan memberi keterangan terkait temuan ini. Pihak kepresidenan melalui juru bicaranya, Don Wanyama, juga tidak merespon permintaan klarifikasi oleh Reuters.
Penulis Uganda yang dikenal dengan gaya tulisan satirnya, Kakwenza Rukirabashaija, ditangkap pada 13 April 2020. Ia mengaku diinterogasi selama lima hari di Markas Besar Kementerian Pertahanan Uganda di kota Mbuya. Ia ditanyai prihal novelnya “The Greedy Barbarian” yang diduga merupakan kritik satir pada Musevini.
Pria tiga puluh dua tahun itu menuturkan dirinya dirantai, wajahnya ditinju, serta dipukuli dengan tongkat. Ia juga menunjukan rekam medis yang menunjukan bahwa ginjal miliknya rusak akibat penyiksaan.
“Saya seperti merasakan: ‘besok saya akan mengatakan semuanya pada mereka karena saya akan mati’….tubuh saya mati rasa, darah berhenti mengalir,” katanya dengan suara bergetar. “Saya berdoa …memberkati keluarga, istri dan anak-anak saya,” imbuhnya mengenang saat-saat ia disiksa.
Pihak kejaksaan Uganda mendakwa sastrawan itu mendorong orang untuk tidak mematuhi protokol pencegahan penyebaran COVID-19 lewat unggahannya di Facebook.
Sementara, pihak militer melalui juru bicaranya, Brigadir Ricard Karemire, mengatakan mereka belum bisa memberi komentar karena belum berbicara dengan orang-orang yang menangai kasus Rukirabashija.
CJP juga melaporkan kasus serupa yang menimpa seorang blogger bernama Joseph Kabutela. Ia ditangkap pada 2019 karena menyebut calon petahana tersebut pencuri. Kepada salah satu TV lokal Uganda, ia mengaku ditelanjangi dan basah kuyup selama interogasi.
Pada 2017, seorang profesor antropologi di Universitas Makerere, Stella Nyanzi, ditangkap atas tuduhan gangguan di dunia maya terhadap Presiden dan Ibu Negara Janet Museveni. Stella menuntut janji presiden untuk membagikan pembalut gratis kepada para siswi.
Perempuan empat puluh tahun yang juga aktivis gender dan hak-hak LGBT ini dibebaskan pada bulan Februari 2020. Setelah penangkapannya, ia diskors pihak kampus. Tahun 2018, ia, bersama empat puluh lima akademisi lainnya, dipecat dari Universitas Makerere dengan alasan habis kontrak.
Yoweri Musevani berkuasa sejak 29 Januari 1986 hingga saat ini. Memimpin Uganda selama dua puluh empat tahun menjadikannya yang terlama memimpin. Pada 2005 ia menghapuskan aturan masa jabatan presiden. Uganda hanya membatasi usia presiden hingga tujuh puluh lima tahun.
Pada 2017, ia menghapuskan aturan tersebut. Hal ini memungkinkannya menjadi penguasa seumur hidup di negara Afrika timur tersebut. [ ]