
Pasien dan keluarga mereka mengatakan bahwa staf medis dan pengawas perumahan baru memberi tahu tentang perintah pengusiran ini beberapa hari terakhir, sehingga memicu kepanikan.
JERNIH – Puluhan warga Palestina yang terluka dan menjalani perawatan di Mesir terpaksa meninggalkan rumah sakit dan perumahan sosial. Pihak berwenang Mesir mengusir mereka dari akomodasi dan kamar rumah sakit tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Pasien dan keluarga mereka mengatakan bahwa staf medis dan pengawas perumahan baru memberi tahu tentang perintah pengusiran ini beberapa hari terakhir, sehingga memicu kepanikan.
Situs berbasis di London, The New Arab (TNA) mengutip situs saudaranya berbahasa Arab, Al-Araby Al-Jadeed mengungkapkan, Saat ini, warga Palestina di Kairo menghadapi masalah tuna wisma atau terpaksa mencari perumahan alternatif di wilayah lain di Mesir, meski telah menerima perawatan dari berbagai rumah sakit di ibu kota.
Di antara warga Palestina yang menghadapi cobaan ini adalah mereka yang berurusan dengan amputasi atau menderita penyakit serius seperti kanker dan gagal ginjal – yang membuatnya mustahil mencari akomodasi alternatif. Individu yang rentan seperti wanita, anak-anak, orang tua, dan mereka yang menggunakan kursi roda juga terpaksa meninggalkan rumah dan perawatan medis.
Mereka mengatakan kepada harian berbahasa Arab itu bahwa situasi tersebut “mengancam jiwa,” dan menambah penderitaan setelah menanggung kengerian dan kekejaman di tangan Israel selama perang.
“Saya terkejut dengan keputusan penggusuran setelah masa tinggal satu tahun saya berakhir, meskipun perang masih berlangsung dan penyeberangan Rafah ditutup. Hal ini praktis membuat kami terlantar di jalanan tanpa alternatif yang layak,” ujar salah seorang warga Palestina.
Para pejabat menyarankan alternatif warga Palestina pindah ke Gubernuran Assiut di Mesir Hulu. Tempat ini jauh dari pusat perawatan dan dokter yang dapat memantau kondisi kesehatan sehingga secara langsung mengancam nyawa warga Palestina itu.
Pasien lain di rumah sakit seperti Heliopolis dan Universitas Ain Shams, serta fasilitas perawatan kesehatan lainnya di Kairo mengonfirmasi bahwa mereka telah menerima perintah untuk mengosongkan kamar, setelah pihak berwenang memberi tahu bahwa izin tinggalnya telah kedaluwarsa.
Seorang aktivis, yang meminta identitasnya dirahasiakan, mengatakan penggusuran perumahan sosial sebagian besar terkait dengan mereka yang bertanggung jawab atas skema tersebut, bukan politisi. Ia juga menunjukkan bahwa bahkan mereka yang tinggal di akomodasi pribadi dan tidak mampu membayar sewa juga menjadi sasaran penggusuran seperti itu.
“Keluarga-keluarga terpecah belah; seorang ayah mungkin menemani anaknya yang sakit di rumah sakit di Kairo, sementara seorang ibu harus tetap bersama anak lain yang terluka di rumah sakit lain, yang berarti mereka tidak bisa bersama,” katanya.
Aktivis tersebut juga mengkritik buruknya kualitas layanan kesehatan yang diterima warga Palestina di Mesir, sementara saudara-saudara mereka yang berhasil mendapatkan perawatan di negara-negara seperti Turki , Qatar, dan UEA “berada dalam kondisi yang jauh lebih baik”.
Klip video yang dibagikan di media sosial menunjukkan warga Palestina yang sakit dan terluka memohon kepada pemerintah Mesir atas penderitaan yang mereka alami. Klip lain menunjukkan seorang pasien Palestina menunjukkan barang-barang milik keluarganya yang dibuang di jalan setelah ia dikeluarkan dari sebuah rumah sakit di Heliopolis.