Meski Kalah Populer, Mantan Petinju Manny Pacquiao Ngotot Terus Bersaing Meraih Kursi Presiden Filipina
- Ferdinand ‘Bongbong’ Marcos unggul dalam jajak pendapat terakhir, dengan 60 orang dari 2.400 responden akan memilihnya.
- Manny Pacquiao dan Isko Moreno, matan petinju dan walikota Manila, mengoleksi delapan dan empat persen.
- Rakyat Filipina tak lagi tergiur janji mengentaskan kemiskinan, dan perjuangan untuk orang miskin.
JERNIH — Sebagai petinju, Manny Pacquiao adalah idola setiap keluarga Filipina. Sebagai calon presiden, PacMan — julukan Manny Pacquiao di ring tinju — kalah pamor dari beberapa calon.
Namun, Pacquiao menolak menyerah meski survei terakhir menempatknnya semakin jauh dari pesaing lain. “Saya tidak berkecil hati,” kata Pacquiao kepada wartawan.
Pacquiao adalah satu dari sepuluh calon presiden Filipina pada pemilihan umum tahun ini. Ferdinand ‘Bongbong’ Marcos Jr, putra mendiang Ferdinand Marcos, adalah calon paling populer di semua jajak pendapat.
“Pendukung saya juga tidak berkecil hati. Mereka terus mengetuk pintu hati masyarakat dan komunitas di setiap kota, propinsi, dan barangay,” lanjut PacMan.
Menurut Pacquiao, kampanye yang dilakukannya adalah berbagi gagasan dan rencana kepada masyarakat tentang cara mengangkat Filipina dari kemiskinan. Jadi, lanjutnya, kampanye akan terus berlanjut.
Pacquiao mengakui pertarungan meraih kursi presiden bukan sesuatu yang mudah. Namun, akan sangat sulit bagi Filipina jika tidak ada yang memperjuangkan orang miskin.
Survei terbaru yang digelar Pulse Asia Research Inc menunjukan Ferdinand ‘Bongbong’ Marcos masih yang terdepan, dengan 60 dari 2.400 responden memilihnya. Leni Robredo, wakil presiden saat ini, berada di urutan kedua dengan mengoleksi 16 persen suara.
Robredo mengalahkan Bongbong Marcos pada pemilu 2016. Saat itu, Bongbong juga calon wakil presiden.
Pacquiao dan Isko Moreno Domagoso, mantan walikota Manila, masing-masing mengoleksi delapan dan empat persen dari 2.400 responden. Lainnya memilih mantan kepala polisi Filipina dan senator Panfilo Lacson.
Platform politik Pacquiao dan Isko Moreno relatif sama, yaitu ‘menjual’ kemiskinan. Alasannya sederhana, keduanya berasal dari keluarga miskin, pernah sangat miskin, sebelum meraih sukses dan menjadi kaya raya.
Menariknya, orang miskin Filipina rupanya tak lagi tergiur dengan janji penghapusan kemiskinan. Sebagai mantan orang miskin yang hidup penuh perjuangan, yang bisa dilakukan Pacquiao dan Isko Moreno adalah berjuang sampai pemilu selesai dan pemenang diumumkan.