Crispy

NATO Waspadai Invasi Rusia ke Ukraina

Eskalasi konflik di timur Ukraina berawal ketika Rusia bereaksi agresif terhadap kemenangan Volodymyr Zelenskyy dalam pemilu April 2019. Hanya beberapa hari kemudian, Moskow mengumumkan program satu juta paspor bagi penduduk Ukraina Timur di wilayah Donbas yang dikuasai pemberontak pro-Rusia.

JERNIH—Sudah sejak 2019 Rusia dikabarkan terus menumpuk pasukannya di perbatasan dengan Ukraina. Namun bertambahnya eskalasi sejak pekan lalu mendorong Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) bersuara.

“NATO akan terus mendukung keutuhan teritorial dan kedaulatan Ukraina,”ujar seorang juru bicara NATO kepada harian Jerman, Welt. “Kami tegaskan, NATO tetap waspada dan memantau situasinya dengan seksama,”kata dia.

NATO melihat langkah Rusia itu menyiratkan keinginan untuk mengakhiri kesepakatan gencatan senjata yang berlaku sejak pertengahan 2020 lalu.

Awal April lalu, NATO mengundang 30 duta besarnya untuk membahas situasi keamanan di kawasan Laut Hitam. “Aliansi mengkhawatirkan aktivitas militer besar-besaran oleh Rusia di dalam dan sekitar Ukraina,” kata juru bicara tersebut menambahkan.

Penumpukan tentara Rusia baru-baru ini mendorong Komando Eropa militer AS untuk menaikkan status bahaya ke level tertinggi.

Pada 26 Maret lalu, empat serdadu Ukraina tewas akibat tembakan senjata artileri Rusia ke kawasan timur Ukraina. Sepanjang tahun ini, tercatat sudah 19 tentara Ukraina yang tewas dalam serangan Rusia.

Jumat (2/4) lalu, Presiden AS Joe Biden mengomentari mobilisasi militer Rusia dengan mendeklarasikan dukungan terhadap Ukraina. Utusan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borell langsung mengontak Menlu Ukraina, Dmytro Kuleba dan menjanjikan “dukungan kokoh UE untuk kedaulatan dan keutuhan teritorial Ukraina.”

Jerman dan Prancis yang sedang menggodok jalan keluar damai dari konflik Ukraina juga menyuarakan hal serupa.

Kemenangan Zelenskyy

Eskalasi konflik di timur Ukraina berawal ketika Rusia bereaksi agresif terhadap kemenangan Volodymyr Zelenskyy dalam pemilu April 2019. Hanya beberapa hari kemudian, Moskow mengumumkan program satu juta paspor bagi penduduk Ukraina Timur di wilayah Donbas yang dikuasai pemberontak pro-Rusia.

Langkah itu dinilai krusial karena menempatkan penduduk Ukraina di bawah perlindungan Rusia, dan melumat peluang pulihnya kedaulatan Kiev atas kawasan yang mereka duduki. Sejak itu Moskow mulai menumpuk pasukan di perbatasan.

Konflik kian memanas ketika Presiden Zelenskyy mempreteli jaringan politik dan media pro-Rusia. Kiev juga membekukan aset para politisi yang dianggap mendukung Kremlin, antara lain sekutu dekat Vladimir Putin, Viktor Medvedchuk.

Bagi Zelenskyy, Ukraina tidak memiliki banyak pilihan untuk mengakhiri perang di Ukraina Timur.

Dalam sebuah kicauan kepada Sekretaris Jendral NATO, Jens Stoltenberg, dia mengatakan pihaknya berkomitmen mereformasi sektor pertahanan sebagai syarat menjadi anggota. “Tapi reformasi tidak akan menghentikan langkah Rusia,” tulisnya.

“NATO adalah satu-satunya cara mengakhiri perang di Donbas. Keanggotaan Ukraina akan menjadi sinyal kuat terhadap Rusia.” [AFP/DPA]

Back to top button