Nenek Renta Mantan Juru Ketik Kamp Nazi Kabur Saat Hendak Diadili

- Sebelum kabur Irmgard Furchner menulis surat ke hakim ketua.
- “Saya tidak mau diadili,” tulis Furchner.
- Jelang dibawa ke pengadilan, Furchner menghilang dari rumah perawatan lansia.
- Pengadilan mengumumkan Furchner kabur, penyintas Nazi marah.
JERNIH — Irmgard Furchner, nenek berusia 96 tahun, mencoba melarikan diri saat hendak diadili atas keterlibatannya dalam pembunuhan 11 ribu tahanan di Kamp Konsentrasi Stutthof, Polandia, selama Perang Dunia II.
Furchner ditemukan di stasiun bawah tanah, Kamis 30 September pagi. Tidak diketahui ke sosok mantan sekretaris Kamp Stutthof itu akan pergi.
Deutsche Welle memberitakan pengumuman pelarian Furchner muncul saat pengadilan bersiap memulai proses pengadilannya. BBC menulis sekelompok orang yang mewakili penyintas Nazi dan kerabat korban marah.
“Ini menunjukan penghinaan luar biasa terhadap supremasi hukum dan para penyintas,” kata Komite Auschwitz International.
Selama ini Furchner tinggal di rumah perawatan lansia. Pengawasan terhadap dirinya relatif longgar, dengan asumsi Furchner tidak mungkin melarikan diri.
Yang terjadi justru sebaliknya. Furchner masih sanggup bergerak keluar dari rumah perawatan, memanggil taksi yang membawanya ke stasiun bawah tanah.
Pengumuman pelarian Furchner disertai keluarnya surat penangkapan terhadap dirinya. Polisi segera dikerahkan untuk mencari nenek Nazi yang masih bersemangat lari itu.
Menurut media Jerman, Furchner sebelumnya menulis surat kepada hakim ketua. Isi surat adalah pernyataan tidak ingin menghadiri sidang pengadilan.
Setelah penangkapan Furchner diumumkan, menurut Deutsche Welle, wanita itu akan dibawa ke pengadilan untuk dinilai apakah layak diadili.
Juru Ketik
Furchner bekerja sebagai juru ketik di kantor Paul-Werber Hoppe, komandan Kamp Stutthof di dekat kota Gdanks, Polandia saat ini. Saat diduduki Jerman, wilayah itu disebut Danzig.
Selama dua tahun bekerja di kantor itu, berakhir tahun 1945, Furchner disebut-sebut tahu rincian penting apa yang terjadi di kamp konsentrasi itu.
Selama persidangan terhadap Hoppe tahun 1954, Furchner mengungkapkan mantan bosnya mendiktekan pesan yang harus diketik. Namun Furchner mengklaim tidak tahu apa-apa tentang pembunuhan di kamp itu.
Sekitar 100 ribu orang menguhi Kamp Stutthof, yang terkenal berkat kondisinya yang mengerikan. Sebanyak 65 ribu orang tewas di kamp itu.
Stutthof memiliki kamar gas. Orang-orang dibunuh dengan gas, ditembak, atau disuntik cairan racun. Mereka yang tidak dieksekusi dibiarkan mati kelaparan.
Jelang akhir Perang Dunia II, kamar gas di kamp itu makin sibuk. Penembak silih berganti membawa orang-orang tak berdaya ke tengah lapangan untuk dieksekusi.
Mereka yang tewas tidak hanya Yahudi tapi juga orang Polandia non-Yahudi, dan tentara Uni Soviet yang ditangkap.
Sekian puluh tahun lalu, Furchner diadili di pengadilan anak-anak karena usianya belum dewasa. Artinya, Nazi saat itu mempekerjakan bocah di kamp konsentrasi.
Ia terus ditahan karena menjadi saksi bagi pentolan-pentolan Nazi yang menjalankan kamp itu. Maret lalu, misalnya, seorang mantan penjaga Kamp Stutthof dinyatakan tidak layak diadili.
Bruno Dey, mantan penjaga lainnya, dinyatakan bersalah karena terlibat pembunuhan 5.000 taanan dan dijatuhi hukuman penjara yang ditangguhkan.
Setelah semua terdakwa pembantai di Kamp Stutthof yang masih hidup diadili, tiba saatnya giliran Furchner. Rupanya, nenek satu ini masih mencoba lari meski tubuh sedemikian renta.