‘Orang Cina Dilarang Masuk’
Seoul — “Orang Cina tidak boleh masuk,” demikian tulisan di sebuah jendela restoran di Seoul, ibu kota Korea Selatan.
Di jendela restoran lain tertulis: “Tidak ada orang Cina diijinkan masuk.” Kasino di Seoul juga mengumumkan tidak lagi menerima wisatawan dari Tiongkok.
Ada petisi yang ditanda-tangani setengah juta orang, yang meminta pemerintahan ménûtup pintu bagi pengunjung dari Tiongkok, negeri berpenduduk 1,4 miliar.
Di Jepang, publik semakin keras menolak orang Cina. Seorang wanita Tionghoa yang mengunjungi Ito, semenanjung selatan Tokyo, mengatakan wanita di sebuah toko menghardik pengunjung dari Cina.
“Cina, keluar……!,” kata pemilik toko.
Wanita Tionghoa itu merekam perilaku pemilik toko, dan menyebarkannya di media sosial Weibo. Ada pula rekaman panggilan telepon yang dibagikan reporter Phoenix TV, Hong Kong, yang berisi pernyataan pelayan restoran bahwa mereka menolak orang Cina dan pengunjung dari Asia Tenggara.
Kini, Semua Orang Cina Dianggap Pembawa Virus Korona
Alasan pelayan restoran, pemilik takut terjangkit virus dan mati. “Jika terjangkit virus dan mati, siapa yang bertanggung jawab,” tanya pelayan itu.
Selain ketakutan terhadap virus, reaksi Korea Selatan dan Jepang terhadap Cina sebenarnya sesuatu yang biasa. Kedua negara mulas memupuk kebencian terhadap Cina, karena negeri berpenduduk 1,4 miliar itu kian berpengaruh di dunia.
Di Eropa, Kementerian Luar Negeri Prancis menyarankan sekolah dan universitair menunda pertukaran pelajar dengan Cina. Satu sekolah menengah di Prancis menarik undangan dari Cina. Rencananya, kunjungan dari Cina ke sekolah itu tiba pekan ini.
Di Kanada, komunitas sebelah utara Toronto, membuat petisi yang mendesak sekolah untuk memaksa siswa yang kembali dari Cina mengurung diri di rumah selama 17 hari. Alasannya, jika siswa itu membawa virus, yang lain tidak terjangkit.
Takut Virus Korona, Orang Cina Menutup Kepala dengan Galon Plastik
Petisi ditandatangani 10 ribu orang. Toronto adalah kota di Kanada dengan populasi Asia terbesar.
Juanita Nathan dan Louise Siriisko, ketua Dewan sekolah dan direktur pendidikan menulis surat kapad orang tua untuk tidak mengurung anak yang pulang dari Cina. Alasannya, itu menunjukan bias rasisme.
“Kami tidak ingin virus korona memunculkan virus rasisme,” kata Natan kepada Metro Morning Radio CBC.