Pakistan Evakuasi Ribuan Warga setelah India Membuka Pintu Air Sungai dan Bendungan

Pakistan, negara yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, dalam beberapa bulan terakhir telah menyaksikan banyak banjir bandang dan curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya.
JERNIH – Pejabat Pakistan telah mulai mengevakuasi puluhan ribu orang setelah negara tetangga India membuka pintu air dari bendungan dan sungai yang meluap ke wilayah perbatasan di dataran rendah.
Langkah yang diambil pada Selasa (26/8/2025) itu sehari setelah New Delhi memperingatkan Islamabad tentang kemungkinan banjir lintas perbatasan. Ini merupakan kontak diplomatik publik pertama antara kedua negara sejak perang empat hari pada bulan Mei.
Peringatan banjir dan upaya evakuasi terbaru oleh Pakistan dikeluarkan saat hujan monsun lebat terus melanda kedua negara Asia Selatan tersebut, dengan sedikitnya 800 orang dilaporkan tewas di Pakistan sejak akhir Juni.
Badan Penanggulangan Bencana Nasional Pakistan (NDMA) mengatakan pihaknya telah mengeluarkan peringatan dini kepada pejabat di Provinsi Punjab tentang lonjakan Sungai Sutlej dan risiko banjir. Evakuasi dari berbagai distrik di bagian timur provinsi tersebut sedang dilakukan.
Dalam sebuah pernyataan, dikatakan tim penyelamat mengevakuasi lebih dari 14.000 orang dari Kasur, sementara sekitar 89.000 orang dipindahkan ke tempat yang lebih aman dari kota Bahawalnagar, dekat perbatasan dengan India.
Saluran TV Geo News Pakistan melaporkan NDMA juga memperingatkan bahwa hujan lebat diperkirakan akan turun di beberapa negara bagian India, yang dapat menyebabkan sungai dan aliran air menuju Pakistan meluap.
Peringatan banjir disampaikan ke Pakistan melalui jalur diplomatik dan bukan melalui Komisi Perairan Indus, mekanisme permanen yang dibentuk berdasarkan Perjanjian Perairan Indus tahun 1960 yang ditengahi Bank Dunia. Komisi ini ditinggalkan India setelah menyalahkan Pakistan atas tewasnya 26 wisatawan pada bulan April di Kashmir yang dikelola India.
Pakistan, negara yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, dalam beberapa bulan terakhir telah menyaksikan banyak banjir bandang dan curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya.
Di barat laut negara itu, bulan ini banyak penduduk mengeluh mereka tidak menerima peringatan sebelum banjir bandang melanda distrik Buner, menewaskan lebih dari 300 orang. Para pejabat mengatakan kehancuran itu disebabkan oleh hujan deras yang tiba-tiba, yang tidak dapat diprediksi, dan banyak korban tinggal di sepanjang jalur air alami.






