Paus Fransiskus Diharap Bertemu Korban Pelecehan Seks di Gereja Saat Kunjungi Portugal
- Portugal adalah negara terakhir yang mengunkap skandal pelecehan seksual di Gereja Katolik.
- Korbannya 4.815 laki-laki dan perempuan, dan kini meminta reparasi.
JERNIH — Paus Fransiskus akan mengunjungi Portugal 2-6 Agustus untuk menghadiri rapat umum Pemuda Katolik Internasional, dan diharapkan menyambangi korban pelecehan seksual gereja sejak 1950-an.
Agenda kunjungan Paus Fransiskus ke Portugal yang dirilis vatican.va tidak mencantumkan acara bertemu korban pelecehan seksual, tapi banyak pihak beraharap pemimpin tertinggi Gereja Katolik itu memperlihatkan simpatinya kepada para korban.
Portugal adalah negara terbaru yang menghadapi puluhan tahun pelecehan seksual oleh para imam, dan lebih setengah abad ditutup rapat-rapat para uskup dan pemimpin agama.
Februari 2023 lalu sebuah panel ahli mengungkap kasus pelecehan itu, dengan korban 4.815 anak laki-laki dan perempuan. Pelecehan berlangsung sejak 1950, saat sebagian besar korban berusia 10 sampai 14 tahun.
Ketika panel ahli membacakan dengan lantang beberapa laporan mengerikan yang dikumpulkan dari para korban, para uskup senior menggeliat di kursi barisan depan auditorium.
Tanggapan pejabat gereja Portugal serba kikuk, yang membuat para korban membentuk kelompok advokasi korban selamat untuk mendesak kompensasi. Pejabat gereja Portugal mengatakan hanya ada beberapa kasus, bukan ribuan seperti ditemukan panel ahli.
Hierarki gereja Portugal membalik kemungkinan pembayaran reparasi, dan menolak keras mencopot anggota aktif dari klerus yang disebut dalam laporan itu.
Anne Barrett Doyle, dari BishopAccountability.org — sebuah kelompok yang memelihara arsip online tentang pelecehan di Gereja Katolik — mengatakan paran uskup portugal berharap komisi independen membantu memulihkan kepercayaan dengan mengungkap sejarah pelecehan dan penyembuhan seraya mengizinkan mereka minta maaf dan memberi jaminan reformasi.
“Rencana mereka menjadi bumerang,” kata Anne. “Penemuan hampir 5.000 korban dan klaim mengejutkan bahwa para imam yang dituduh masih dalam layanan, komisi ternyata lebih independen dari yang ditawar para uskup.”
Kardinal Lisbon Manuel Clemente dan pejabat gereja lainnya mengatakan di bawah hukum Portugal pelaku bertanggung jawab atas pembayaran kompensasi apa pun, bukan institusi.
April 2023 gereja Portugal melunakan posisi dengan mengatakan tidak mengesampingkan reparasi. Mereka juga berjanji menyediakan bantuan bagi para korban. Sedangkan pelaku yang dihukum dan tidak dapat membayar, gereja akan melakukannya. Namun pejabat gereja belum menguraikan rencana itu.
Kardinal Manuel Clemente mengklaim Komite Independen untuk Studi Pelecean Anak di Gereja Katolik — sekelompok ahli yang dibentuk otoritas Gereja Portugis — telah menyerahkan daftar nama tersangka pelaku yang tidak didukung bukti.
Komentar ini membuat kesal para ahli, yang mengatakan bahwa mereka bersusah payah mendasarkan temuan dan memberikan dokumentasi pendukung.
Otoritas Gereja Portugal juga mengatakan pendeta aktif yang berstatus tersangka dapat diskors dari tugasnya setelah proses hukum yang semestinya. Di bawah tekanan publik Gereja Katolik Portugal akhirnya menangguhkan empat dari dua lusin imam.