Paus Fransiskus Secara Resmi Dukung Kelompok LGBT
Sebagai paus, Paus Fransiskus sebelumnya tidak pernah secara terbuka mendukung serikat sipil untuk pasangan sesama jenis, meskipun dia mendukung pengaturan hukum seperti itu ketika dia menjadi uskup agung Buenos Aires.
JERNIH– Paus Fransiskus secara telah memberikan dukungan paling eksplisitnya kepada kelompok penyuka sesama jenis alias LGBT. Langkah itu menurut The Guardian kemungkinan besar akan membuat marah lawan-lawannya di sisi konservatif di gereja Katolik Roma.
Komentar Paus Franciscus yang dikenal progresif itu muncul dalam sebuah wawancara dalam sebuah film dokumenter, Francesco, yang ditayangkan perdana di Festival Film Roma, Rabu (21/10) kemarin. “Orang homoseksual memiliki hak untuk berada dalam sebuah keluarga. Mereka adalah anak-anak Tuhan dan memiliki hak untuk berkeluarga. Tidak ada yang harus dibuang atau dibuat sengsara karenanya. Yang harus kita buat adalah hukum persatuan sipil. Dengan cara itu mereka dilindungi secara hukum. Saya membela itu,” kata Paus.
Film berdurasi panjang yang disutradarai Evgeny Afineevsky tersebut menceritakan kisah kepausan Fransiskus selama tujuh setengah tahun terakhir, mencakup banyak perjalanan yang dia lakukan sebelum pandemi COVID-19, dan penanganannya atas skandal pelecehan seksual yang telah melanda gereja.
Ia juga berfokus pada isu-isu yang menjadi ciri khas kepausannya, termasuk isu lingkungan, kemiskinan, migrasi, dan ketidaksetaraan.
Sebagai paus, Paus Fransiskus sebelumnya tidak pernah secara terbuka mendukung serikat sipil untuk pasangan sesama jenis, meskipun dia mendukung pengaturan hukum seperti itu ketika dia menjadi uskup agung Buenos Aires.
Pastor James Martin, seorang Yesuit terkemuka yang berpendapat bahwa gereja harus lebih menyambut orang-orang LGBT, menulis di Twitter, “Dukungan Paus Fransiskus untuk serikat sipil sesama jenis adalah langkah maju yang besar dalam dukungan gereja untuk orang-orang LGBTQ. Ini sesuai dengan pendekatan pastoralnya terhadap orang-orang LGBT, termasuk LGBT Katolik, dan mengirimkan sinyal yang kuat ke negara-negara di mana gereja telah menentang undang-undang semacam itu.”
Juru bicara untuk António Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa dan seorang Katolik yang taat, mengatakan bahwa komentar paus adalah “langkah yang sangat positif”. Menurutnya, Paus telah “berbicara dengan sangat tegas menentang homofobia dan mendukung hak LGBTQ, bahwa orang tidak boleh dianiaya atau didiskriminasi hanya karena orang yang mereka cintai,” sebagaimana dikutip The Guardian.
Ozanne Foundation, yang mengadvokasi kesetaraan LGBT dalam pengaturan agama, menyambut baik komentar paus, dengan mengatakan,“Ini akan membawa harapan bagi jutaan pasangan lesbian dan gay di seluruh dunia, dan akan memungkinkan mereka untuk mengetahui mereka memiliki restu paus untuk berada dalam keluarga, dan memang memiliki hak atas keluarga.”
“Kata-kata penghiburannya menunjukkan pemahaman pastoral yang mendalam tentang rasa sakit yang dialami oleh banyak (orang) LGBT, dan memberikan tantangan yang signifikan bagi semua orang yang melihat keyakinan mereka sebagai alasan untuk mendiskriminasi orang LGBT,” lembaga itu menambahkan.
Sejak terpilih sebagai paus pada Maret 2013, Paus Fransiskus berusaha untuk mengadopsi nada yang lebih inklusif terhadap orang-orang LGBT dalam pernyataan publiknya. Segera setelah menjadi paus, dia berkata dalam menanggapi pertanyaan tentang pendeta gay: “Siapa saya untuk menilai?”
Bulan lalu, dia dilaporkan mengatakan kepada sebuah kelompok yang mewakili orang tua dari anak-anak LGBT bahwa “Tuhan mencintai anak-anak Anda apa adanya”, dan “Paus mencintai anak-anak Anda apa adanya, karena mereka adalah anak-anak Tuhan”.
Pada 2018, Juan Carlos Cruz, seorang penyintas pelecehan seksual yang bertemu dengan paus (dan yang tampil dalam film dokumenter tersebut) berujar, “Dia mengatakan kepada saya: ‘Juan Carlos, Anda gay tidak masalah. Tuhan membuatmu seperti ini dan mencintaimu seperti ini dan saya tidak peduli. Paus mencintaimu seperti ini. Anda harus bahagia dan menerima siapa diri Anda.’”
Menurut ajaran gereja tradisional, pernikahan hanya boleh antara pria dan wanita, dan gereja menentang pengakuan hukum atas perkawinan sesama jenis.
Pada 2003, sebuah dokumen Vatikan menjelaskan mengapa “perlu menentang pengakuan hukum atas serikat homoseksual”, karena mereka “mengaburkan nilai-nilai moral dasar tertentu dan menyebabkan devaluasi institusi pernikahan”.
Lawan konservatif Paus Fransiskus marah dengan pernyataan yang mereka anggap sebagai bagian dari upaya untuk menggeser gereja menuju nilai-nilai progresif. Beberapa secara terbuka menyerangnya, bahkan menuduhnya bidah.
Afineevsky, sutradara kelahiran Rusia pemenang berbagai penghargaan, mengatakan dia berharap film itu akan dirilis untuk streaming di rumah-rumah. “Jika sebelumnya dia dapat melakukan perjalanan ke setiap pinggiran di dunia, saat ini, hanya kata-katanya yang dapat bepergian. Makanya bagi saya perilisan film ini sangat penting, agar perkataan dan tindakannya bisa menyebar ke seluruh dunia,” ujar dia. [The Guardian]