POTPOURRI

Inilah Figur Bunda Teresa di Mata Keponakannya Sendiri

“Dia tiba di Skopje dengan dua pasang sandal. Yang satu sudah compang-camping, yang lainnya masih baru.

JERNIH—Bunda Teresa sudah kembali ke alam baqa, 5 September 1997. Ia bahkan telah dinyatakan Tahta Suci Vatikan sebagai orang suci pada 2016 lalu. Namun bagaimana pun kita tahu, dia hanya manusia dengan segala kebutuhan manusiawinya. Bagaimana sosok Bunda Teresa di mata keponakannya?

Alois Gumbar adalah seorang pandai emas yang cukup terkenal di Skopje, ibu kota Macedonia Utara (dulu bernama Macedonia) negara kelahiran Bunda Teresa, sang bibi baginya. Toko perhiasan milik Alois Gumbar, yakni Toko Luis, hanya berjarak sekitar 200 meter dari tempat kelahiran bibinya yang terkenal itu. Tidak jauh dari sana, terdapat rumah yang didirikan untuk mengenang dan menghormati sang bibi yang lahir ke dunia dengan nama Agnes Gondza Bojadziu.

Kesibukan harian Alois Gumbar adalah menjaga tokonya, berdiri di antara rak-rak yang penuh dengan kilauan permata. Selamanya ia menghargai kenangan akan pertemuan dengan bibinya yang hanya terjadi beberapa kali.

Alois Gumbar, keponakan Bunda teresa

Gumbar mengenang kunjungan Bunda Teresa ke Skopje pada tahun 1980. Saat itu, perempuan yang dikenal pengasih itu dinobatkan sebagai warga negara kehormatan kota kelahirannya. Bunda Teresa pun datang dan menanam tiga pohon pinus di alun-alun di pusat kota.

“Dia tiba di Skopje dengan dua pasang sandal. Yang satu sudah compang-camping, yang lainnya masih baru. Saya bertanya kepadanya: Mengapa tidak pakai yang baru? Dia menjawab: ‘Perjalananku panjang, dan akan lama, anakku. Aku harus menyimpan yang baru,'” kata Gumbar mengenang ucapan Bunda Teresa.

Saat itu, perempuan yang pada tahun 2016 dinyatakan sebagai santa itu datang dengan tasanya yang sederhana. Ketika keluarganya menawarkan untuk membeli pakaian baru untuknya, dengan sopan Bunda Teresa menolak.

“Dia sangat bersahaja dan sederhana dalam segala hal. Saya ingat dia hanya makan satu kali dalam sehari. Dia berkata: ‘Saya tidak butuh apa-apa selain cukup tahu bahwa orang miskin di dunia punya sesuatu untuk dimakan hari ini.’ Pelajarannya sederhana dan mulia: Semakin banyak Anda membantu orang miskin, Anda semakin kaya. Tidak ada yang penting selain mencintai dan membantu orang lain,”ujar Gumbar.

Saat ditanya, bagaimana kira-kira pendapat bibinya terhadap sekian banyak perhiasan mahal yang ada di tokonya itu? Gumbar dengan sederhana menjawab “perhiasan ini tidak akan berarti apa-apa baginya. Dia dibesarkan di keluarga berkecukupan. Ayahnya, Nikola, adalah seorang pedagang, berjualan tembakau, obat-obatan dan emas, dari Macedonia hingga Rumania. Dia memiliki segalanya dan kehidupan yang nyaman,” kata Gumbar.

“Tapi dia menganggap semua ini tidak penting. Baginya, yang paling penting adalah iman kepada Tuhan, serta kasih dan pertolongan bagi mereka yang membutuhkan: orang sakit dan orang miskin.”

Bibi Gumbar yang terkenal di seluruh dunia ini dibesarkan di keluarga Katolik dan meninggalkan Skopje untuk pergi ke Dublin, Irlandia, saat berusia 18 tahun. Dari sana, dia pergi ke Kalkuta, India, dan bergabung dengan Ordo Loreto sebagai seorang biarawati dengan nama Teresa. Guna membantu orang-orang miskin dan orang sakit, tahun 1950 Bunda Teresa mendirikan Ordo “Misionaris Cinta Kasih” yang saat ini menjalankan misinya di lebih dari 100 negara di seluruh dunia.

Tahun 1979 Bunda Teresa dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian. Ada sebuah perdebatan antara para penduduk setempat yang mempertanyakan apakah dia orang Macedonia atau Albania. Namun perdebatan ini selalu diakhiri dengan mengingat kata-katanya yang terkenal: “Saya manusia dan saya hanya milik Tuhan.”

Bunda Teresa meninggal di Kalkuta, India, pada 5 September 1997 di usia 87 tahun dan dimakamkan dengan salah satu dari dua buah salib milik keluarganya. Salib lainnya disimpan oleh Gumbar, yang mengaku sebagai satu-satunya ahli waris sah Bunda Teresa berdasarkan dokumen yang dimilikinya. Namun Gumbar menganggap masalah ahli waris ini tidak begitu penting. Menurutnya, “yang paling penting adalah warisannya kepada dunia dan pesannya bahwa dunia tidak cuma lapar akan roti, tetapi bahkan lebih lapar cinta.”

Pada tahun 2003, Paus Yohanes Paulus II membeatifikasi Bunda Teresa sebagai “Beata Teresa dari Kalkuta,” setelah mukjizat pertamanya dikonfirmasi. Bunda Teresa menyembuhkan seorang perempuan India bernama Monika Besra yang menderita tumor di perut. Selain itu, seorang laki-laki asal Brasil yang didiagnosis tumor otak ganda pada tahun 2008 juga berhasil sembuh setelah istrinya berdoa kepada Bunda Teresa. Kesembuhan ini dianggap sebagai mukjizat keduanya.

Tahun 2016, adalah tahun yang tidak terlupakan bagi Alois Gumbar. Tahun itu, 19 tahun setelah kematiannya, bibinya dinyatakan sebagai orang suci oleh Paus Fransiskus. Jauh setelahnya, warisan welas asih Bunda Teresa terhadap kemanusiaan masih terus dikenang. [Deutsche Welle]

Back to top button