Crispy

PBB: Dunia Menghadapi ‘Generational Catastrophe’ Akibat Penutupan Sekolah

  • PBB meluncurkan kampanye ‘Selamatkan Masa Depan’ dan meminta sekolah segera dibuka.

New York — Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan dunia menghadapi bencana generasi, atau generational catastrophe, akibat penutupan sekolah selama pandemi virus korona.

Guterres mengatakan pada petenghan Juli 2020, sekolah ditutup di lebih 160 negara, dan membuat semilyar siswa berhetni belajar dan 40 juta anak di seluruh dunia kehilangan pendidikan pra-sekolah.

“Kami sudah menghadapi krisis belajar sebelum pandemi,” kata Guterres. “Kini, kita menghadapi bencana generasi, yang dapat menyia-nyiakan potensi manusia tak terhitung, melemahkan kemajuan selama beberapa dekade, dan memperburuk ketidak-setaraan sudah sudah mengakar.”

Menurutnya, membuat siswa kembali ke sekolah dan lembaga pembelajaran aman harus menjadi prioritas utama begitu transmisi lokal Covid-19 terkendali.

Guterres juga mengatakan efek langsung situasi ini pada nutrisi anak, pernikahan anak, dan kesetaraan gender, yang memprihatinkan.

Kampanye

PBB meluncurkan kampanye bertajuk ‘Selamatkan Masa Depan’. Kampanye menyeru dibukanya semua lembaga pendidikan, memprioritaskan pendidikan dalam keputusan pembiayaan, menargetkan mereka yang paling sulit dijangkau, dan fokus pada cara mengajar kreatif dan inovatif.

Terlepas dari penyampaian pelajaran melalui televisi, radio, online, dan upaya terbaik guru dan orang tua, banyak siswa masih berada di luar jangkauan.

Pelajar disabilitas, mereka yang tberada di komunitas minoritas atau kurang beruntung, siswa terlantar dan pengungsi, serta yang berada di daerah terpencil, adalah yang paling berisiko ketinggalan pendidikan.

“Bagi mereka yang dapat mengakses pembelajaran jarak jauh, kesuksesan tergantung pada kondisi kehidupan mereka,” kata Guterres. “Orang tua, terutama wanita, terpaksa mendatangkan beban berat di rumah.”

Lebih 250 juta anak usia sekolah tidak bersekolah sebelum wabah virus korona, dan hanya seperempat anak sekolah menengah di negara-negara berkembang yang meninggalkan sekolah dengan ketrampilan dasar.

Back to top button