Crispy

Pejabat Terkemuka Hamas Beri Kesaksian Pertama Serangan Israel di Qatar

JERNIH – Seorang pejabat senior Hamas berbicara untuk pertama kalinya sejak serangan Israel minggu lalu terhadap pimpinan kelompok itu di ibu kota Qatar, Doha. Pejabat senior itu, Ghazi Hamad menjadi saksi mata dan menjelaskan momen serangan serta bagaimana para pejabat itu berhasil lolos.

“Kami sedang rapat, bersama delegasi negosiasi dan beberapa penasihat. Kurang dari satu jam setelah kami mulai meninjau proposal Amerika yang kami terima dari mediator Qatar, kami mendengar ledakan keras,” ujar Ghazi Hamad kepada Al Jazeera Arabic Rabu (18/9/2025).

“Kami langsung meninggalkan lokasi kejadian, karena sejak awal kami tahu ledakan itu adalah tembakan Israel. Kami pernah tinggal di Gaza dan mengalami tembakan Israel sebelumnya,” tambah Hamad.

Israel menewaskan lima anggota Hamas dan seorang pejabat keamanan Qatar saat mencoba membunuh para pemimpin senior kelompok bersenjata Palestina itu. Mereka yang menjadi sasaran Israel terlibat dalam negosiasi gencatan senjata dan proposal tawanan yang diajukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

“Penembakan itu begitu intens, situasinya mengerikan, dan roket-roket terus berjatuhan tanpa henti. Ada sekitar 12 roket dalam waktu kurang dari satu menit, tetapi atas kehendak Tuhan … kami selamat dari agresi ini,” katanya. Hamas mengatakan para pemimpin seniornya selamat dari pemboman tersebut.

Menanggapi serangan Israel – yang pertama terhadap Qatar – para pemimpin negara-negara Arab dan Islam berkumpul di Doha untuk menghadiri pertemuan puncak darurat, mengecam apa yang mereka sebut sebagai serangan “pengecut” Israel.

Hamad mengatakan kepada Al Jazeera bahwa rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengubah Timur Tengah membutuhkan tanggapan Arab. Ia juga menambahkan bahwa Hamas memiliki pengalaman “pahit” selama negosiasi gencatan senjata, dan bahwa AS tidak memiliki kredibilitas sebagai perantara yang jujur.

“Dia [Trump] tidak membuat kami takut,” kata Hamad, mengomentari ancaman Trump terkait perlakuan terhadap tawanan Israel yang ditahan di Gaza. Hamad menambahkan bahwa para tawanan diperlakukan “sesuai nilai-nilai kami” dan hanya berada dalam bahaya akibat tindakan Israel.

Pasukan Israel telah membunuh lebih dari 65.000 orang sejak Oktober 2023, termasuk sekitar 19.000 anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Pada hari Selasa, penyelidi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan bahwa perang Israel di Gaza adalah genosida, sebuah temuan yang juga telah diungkapkan oleh beberapa kelompok hak asasi manusia besar, termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch.

Pada tahun 2023, Afrika Selatan mengajukan kasus ke Mahkamah Internasional, dengan argumen bahwa tindakan Israel di Jalur Gaza merupakan genosida. Proses hukumnya hingga kini masih berlangsung.

Back to top button