Pemilik Pegadaian di AS Klaim Temukan Bukti Baru Pembantaian Nanjing, Medsos Cina Gempar
- Pemilik akun @fakehistoryhunt mengatakan temuan foto-foto bukti baru Pembantaian Nanjing adalah palsu.
- Netizen tetap mendesak pemerintah Cina menghubungi pemilik foto itu.
JERNIH — Evan Kail, warga AS pemilik pegadaian, Kamis 1 September mengkalim telah menerima album foto bukti kejahatan tentara Jepang dalam Pemabantaian Nanjing.
Klaim disampaikan lewat video pendek dan dipublikasikan di aplikasi TikTok dengan akun the @pawn.man. Kail mengatakan; “Saya mungkin menemukan jawaban salah satu peristiwa paling kontroversial dalam sejarah.”
Ia melanjutkan; “Beberapa orang menyangkal Rape of Nanking, atau Perkosaan Nanjing, dengan alasan hanya ada sedikit bukti.” Dalam video itu Kail membalik-balik halaman yang tampaknya lembar memo yang dibuat tentara Jepang sebelum perang dimulai.
Kail melanjutkan dengan menunjukan foto-foto yang diambil tentara Jepang di Cina. “Foto-foto ini membuat saya kaget,” kata Kail.
Menurut Kail, entah bagaimana orang yang terlibat dalam Rape of Nanking mengambil foto ini. “Dia mengambil sekitar 30 foto yang tidak diketahui sejarah. Foto-foto ini lebih buruk dari apa yang pernah saya lihat di Internet,” katanya.
Ketika video itu mendapatkan popularitas, sejumlah orang memulai penelitian sendiri tentang topik itu. Pemilik akun Twitter @fakehistoryhunt mengatakan yang dilakukan Kail adalah tipuan. Atau, pegadaian milik Kail tanpa sengaja kena tipu.
Menurut @fakehistoryhunt, lembar memo unik yang ditemukan Kail diproduksi secara massal. Jadi, bukan dokumen rahasia yang ditulis sebelum perang.
Reaksi Cina
Apa pun kata @fakehistoryhunt, Balai Peringatan Pembantaian Nanjing merasa perlu merespon temuan Kail. Global Times memberitakan pihak Cina telah menghubungi pemilik album foto yang disebut sebagai bukti baru kejahatan perang Jepang di Cina.
Pembantaian Nanjing, sebelumnya disebut Rape of Nanking, terjadi ketika Jepang merebut Nanjing pada 13 Desember 1937. Selama enam minggu Jepang membantai 300 ribu warga sipil, dan tercatat sebagai salah satu episode paling biadab dalam Perang Dunia II.
Rape of Nanking mengacu pada peristiwa perkosaan massal perempua Cina oleh tentara Jepang di jalan-jalan Nanjing. Tidak diketahui berapa wanita Cina yang diperkosa, yang pasti mencapai ribuan atau puluhan ribu.
Sebagian wanita yang diperkosa dibiarkan pergi, tapi lainnya — dalam jumlah yang mungkin banyak — dibunuh di tempat dan menjadi bagian dari 300 ribu orang yang dibantai.
Kail mengatakan museum dan otoritas lain harus memiliki foto-foto ini, dan dia tidak akan menjualnya ke kolektor pribadi. Kail juga terus membublikasikan beberapa foto dalam album itu di Twitter-nya.
Klub video di TikTok viral dan menyebar ke platform media sosial Cina. Di Sina Weibo, misalnya, klip itu diposting ulang 50 ribu kali, yang membuat banyak Netizen menyarankan pemerintah Cina menghubungi Kail.
Saat ini Balai Peringatan Pembantaian Nanjing memiliki 4000 foto, 9.992 artefak, dan 262 video panjang. Gambar-gambar itu tidak hanya berisi Pambantaian Nanjing atau Rape of Nanking, tapi juga kemenangan Cina dan sistem Wanita Penghibur atau Jugun Ianfu.