Crispy

Peneliti AS dan Cina Temukan Virus Korona Mampu Membunuh Sistem Kekebalan Tubuh

  • Februari lalu, sejumlah dokter di Beijing menemukan kehancuran sistem kekebalan tubuh pada pasien tewas virus korona.
  • Virus korona, Ebola, dan Aids, memiliki urutan sama. Muncul spekulasi virus ini telah ada jauh sebelum pandemi.

Shanghai — Peneliti Cina dan AS menemukan virus korona penyebab Covid-19 dapat membunuh sel-sel kekebalan tubuh yang kuat, yang seharusnya membunuh virus.

Lu Lu, peneliti Universitas Fudan di Shanghai dan Jang Shibo peneliti di Pusat Darah New York, mengkonfirmasi pengamatan sejumlah dokter di garis depan dalam pandemi Covid-19.

Virus korona, menurut sejumlah dokter, dapat menyerang sistem kekebalan dan menyebabkan kerusakan srupa dengan yang ditemukan pada pasien HIV.

Baca Juga:
— Surat Pakar ke Trump: Tidak Ada Bukti Virus Korona Lenyap di Udara Panas
— Tahun 2015 Bill Gates Meramalkan Kedatangan Virus Korona
— Virus Korona dan Diplomasi Masker Cina ke Eropa

Lu Lu dan Shibo menggabungkan virus hidup korona penyebab Covid-19 — dikenal sebagai SARS-Cov-2 — pada jalur sel limfosit T di laboratorium.

Limfosit T juga dikenal sebagai sel T, yang memainkan peran sentral mengidentifikasi dan menghilangkan virus dari dalam tubuh.

Keduanya menangkap sel terinfeksi virus, membuat lubang di membran dan menyuntikan bahan kimia beracun ke dalam sel. Bahan kimia membunuh virus dan sel terinfeksi, merobeknya berkeping-keping.

Yang mengejutkan keduanya, sel T menjadi mangsa virus korona. Mereka menemukan struktur unik dalam protein lonjakan virus, yang tampaknya telah memicu perpaduan amplop virus dan membran sel ketika mereka bersentuhan.

Gen virus kemudian memasuki sel T dan menyanderanya, menonfaktifkan fungsi melindungi manusia.

Peneliti juga melakukan percobaan serupa pada SARS, penyakit yang disebabkan virus korona lainnya, dan menemukan bahwa virus SARS tidak memiliki kemampuan menginfeksi sel T.

Lu Lu dan Shibo menduga itu disebabkan kurangnya fungsi fusi membran. SARS, yang membunuh ratusan orang tahun 2003, hanya dapat menginfeksi sel yang membawa protein reseptor spesifik yang dikenal sebagai ACE2, protein itu memiliki kehadiran sangat rendah dalam sel T.

“Investigasi lebih lanjut terhadap infeksi virus korona pada sel T primer akan membangkitkan gagasan baru tentang mekanisme patogenik dan intervensi terapeutik,” kata penulis laporan penelitian yang diterbitkan jurnal Cellular & Molecular Immunology pekan ini.

South China Morning Post memberitakan seorang dokter yang merawat pasien Covid-19 di Beijing mengatakan temuan ini menambahkan bukti lain akan kekhawatiran di kalangan medis bahwa virus korona bisa menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.

“Temuan ini akan membuat orang membandingkan Covid-19 dengan HIV,” kata dokter itu.

Adalah Chen Yongwen dan rekan-rekannya dari Institute of Immunology PLA, yang merilis leporan tentang penurunan sel T pada pasien Covid-19. Laporan diluncurkan Februari lalu, yang menjawab pertanyaan mengapa kebanyakan korban Covid-19 saat itu adalah manusia usia lanjut.

Menurut Chen, semakin tinggi jumlah sel T semakin tinggi risiko kematian akibat Covid-19.

Pengamatan ini dikonfirmasi hasil otopsi lebih 20 pasien, yang sistem kekebalan tubuhnya benar-benar hancur. Saat itu dokter melihat kerusakan pada organ dalam pasien meninggal mirip kombinasi SARS dan Aids.

Beberapa virus mematikan seperti Aids dan Ebola memiliki urutan sama, yang mendorong spekulasi bahwa virus korona mungkin telah menyebar di masyarakat sekian lama sebelum pandemi.

Back to top button