Peneliti Temukan Tiga Varian Virus Korona Pada Kelelawar
- Temuan ini menegaskan asumsi betapa dekat sistem kesehatan manusia dengan hewan liar.
- Perlu penelitian tambahan untuk memastikan apakah virus baru ini berbahaya bagi manusia atau tidak.
Yangoon — Sejumlah peneliti menemukan virus korona di tiga spesies kelelawar berbeda, untuk mempertegas bukti bahwa virus penyebab Covid-19 berasal dari binatang mamalia itu.
Marc Valitutto, mantan dokter hewan dan penulis studi Program Kesehatan Global Smitshonian, mengatakan peneliti mengumpulkan 750 sampel air liur dan feses 464 kelelawar dari 11 spesies berbeda.
Virus korona ditemukan di tiga spesies, yaitu kelelawar rumah kuning Asia, kelelawar berekor keriput, dan kelelawar berhidung daun Horsfield.
Baca Juga:
— Sepertiga Orang AS Percaya Virus Korona Buatan Manusia
— Sekali Lagi, Ini Bukti Ilmiah Pentingnya Masker Wajah
— Peneliti AS dan Cina Temukan Virus Korona Mampu Membunuh Sistem Kekebalan Tubuh
“Temuan ini mengingatkan kita betapa dekat kesehatan manusia dengan satwa liar dan lingkungan,” kata Valitutto, Selasa 14 April 2020.
Valitutto mengatakan di seluruh dunia manusia kerap kali berinteraksi dengan satwa liar, sehingga semakin dapat dipahami bagaimana virus menular ke manusia dan bermutasi, dan menyebar.
“Alangkah lebih baik mengurangi potensi pandemi satwa liar,” katanya.
Menurut LiveScience, keenam virus korona itu diberi nama baru; PREDICT-CoV-90, ditemukan di kelelawar rumah kuning Asia, PREDICT-CoV-47 dan PREDICT-CoV-82 ditemukan di kelelawar berekor bebas berbibir keriting, dan PREDICT-CoV-92, -93 dan -96, ditemukan di kelelawar berhidung daun.
Fox News melaporkan bahwa ada ribuan virus korona di dalam tubuh kelelawar yang belum ditemukan.
“Banyak coronavirus mungkin tidak menimbulkan risiko bagi manusia, tetapi ketika kami mengidentifikasi penyakit ini sejak dini pada hewan, pada sumbernya, kami memiliki peluang menyelidiki potensi ancaman,” kata Suzan Muray, salah satu peneliti.
Suzan mengatakan studi tambahan akan diperlukan untuk menentukan apakah coronavirus yang baru ditemukan ini memiliki potensi penularan lintas spesies untuk lebih memahami risiko terhadap kesehatan manusia. (Mufid MD)