Perang Pasta dengan AS, Uni Eropa Dukung Produsen Italia

- Uni Eropa menjanjikan dukungan untuk pembuat pasta Italia, termasuk Barilla, sementara AS mengancam tarif antidumping hingga 107%.
- Pemerintah Italia menolak tuduhan dumping dan mengajukan keluhan kepada Washington dan Brussels, menuntut agar tindakan hukuman tersebut dibatalkan.
JERNIH – Uni Eropa (UE) telah berjanji mendukung produsen pasta Italia, termasuk raksasa global Barilla, karena mereka menghadapi potensi tarif perdagangan AS hingga 92%. EU dapat menantang AS melalui Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tentang tarif tersebut.
Financial Times melaporkan Senin (7/10/202%), mengutip juru bicara perdagangan Komisi Eropa Olof Gill, sebanyak 13 produsen pasta Italia diperkirakan akan dikenakan bea anti-dumping mulai Januari 2026, menyusul tuduhan Washington bahwa mereka telah menjual pasta di AS dengan harga yang sangat rendah.
Langkah-langkah ini akan dikenakan sebagai tambahan atas bea anti-dumping sebesar 15% yang telah diterapkan untuk semua impor Uni Eropa berdasarkan perjanjian perdagangan AS-Uni Eropa saat ini, sehingga total tarif ekspor pasta Italia akan meningkat hingga 107%.
Pemerintah Italia dengan tegas menolak tuduhan dumping tersebut, menyebutnya tidak berdasar, dan telah mengajukan keluhan resmi kepada Washington dan Brussels, menuntut agar tindakan hukuman tersebut dibatalkan.
“Komisi Eropa, dengan koordinasi erat bersama pemerintah Italia, sedang bekerja sama dengan AS dalam investigasi ini dan akan melakukan intervensi jika diperlukan,” ujar Gill kepada surat kabar tersebut.
Uni Eropa Bisa Menantang AS Melalui WTO
Jika tuduhan itu terbukti tidak berdasar, UE dapat menantang AS melalui Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), meskipun Washington memiliki rekam jejak mengabaikan putusan WTO.
Para pakar industri memperingatkan bahwa tarif yang akan dikenakan dapat memberikan pukulan serius terhadap ekspor makanan Italia, karena Amerika Serikat mengimpor pasta Italia senilai sekitar €671 juta ($785 juta) pada tahun 2024 saja.
Sengketa dagang ini menyusul kesepakatan 27 Juli antara Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden AS Donald Trump, yang mengenakan tarif 15% terhadap sebagian besar ekspor Uni Eropa ke Amerika Serikat. Sebagai imbalannya, Brussels setuju untuk membeli produk energi AS senilai $750 miliar, sebuah langkah yang menurut para kritikus telah menguntungkan neraca perdagangan transatlantik Washington.
Kesepakatan Perdagangan Uni Eropa-AS Terancam
Perjanjian perdagangan yang ditandatangani antara Amerika Serikat dan Uni Eropa pada bulan Juli dirancang untuk meredakan ketegangan dengan membatasi tarif pada sebagian besar ekspor UE ke AS sebesar 15%.
Namun, optimisme itu terkikis ketika pemerintahan Trump memperluas tarif sebesar 50% hingga mencakup lebih banyak jenis produk mengandung baja dan aluminium, yang memengaruhi mesin, motor, pompa, dan peralatan konstruksi.
Tarif yang awalnya sebesar 50% untuk logam dasar dan komponen seperti sekrup telah berkembang hingga mencakup ratusan produk, termasuk motor, pompa, peralatan mesin, dan peralatan konstruksi, sehingga menciptakan lingkungan yang rumit dan mahal bagi eksportir Eropa.
Perjanjian dagang tersebut memicu reaksi keras di seluruh Eropa sejak awal. Perdana Menteri Prancis François Bayrou menyebutnya “hari yang suram,” sementara Kanselir Jerman Friedrich Merz memperingatkan “kerusakan besar” terhadap ekonomi Jerman.
Perdana Menteri Hongaria Viktor Orbán berkata, “Trump memakan von der Leyen untuk sarapan.” Parlemen Eropa telah menyuarakan kekhawatiran atas hilangnya otonomi digital dan independensi strategis, yang semakin mempersulit ratifikasi dengan suara bulat.
Bernd Lange, ketua komite perdagangan Parlemen Eropa, menekankan bahwa “tidak ada jaminan keamanan dan prediktabilitas” dalam ketentuan saat ini. Ia mempertanyakan kewajaran tarif nol untuk sepeda motor AS, sementara mesin Eropa dikenakan pajak hingga 50%.
Selain itu, kesepakatan tersebut justru memperkuat, alih-alih menyelesaikan, ketergantungan ekonomi Uni Eropa pada AS. Dengan infrastruktur, teknologi, dan hubungan keamanan utama yang terhubung dengan Washington, Eropa menghadapi peningkatan kerentanan terhadap perubahan kebijakan AS. Selain itu, ancaman pengenaan tarif atas aturan pajak digital Uni Eropa menunjukkan risiko pemaksaan yang masih ada.
AS dan Uni Eropa memelihara hubungan bilateral terbesar di dunia, dengan perdagangan barang dan jasa mencapai sekitar €1,6 triliun ($1,5 triliun) pada 2024. Ini setara dengan arus perdagangan harian sebesar €4,2 miliar, menjadikan masing-masing negara mitra dagang terbesar satu sama lain.






