Pesan Gereja Sikapi Perang Ukraina dan Dampak Luasnya
PGI juga meminta warganya termasuk masyarakat secara umum, sedapat mungkin membatasi gaya hidup konsumerisme sambil mengembangkan laku hidup sederhada dan kesediaan saling membantu antar sesama warga bangsa.
JERNIH-Akibat kebrutalan yang tengah dipertontokan, bukan cuma negara bertikai saja merasakan dampaknya. Negara-negara lain di dunia, terutama yang menggantungkan sumber energi berupa minyak dan gas dari Rusia juga Ukraina, turut serta bakal merasakannya.
Padahal, dunia termasuk Indonesia masih mengelola dampak dari pandemi terhadap ekonomi. Alih-alih melandai, harga energi di dunia terutama gas alam diperkirakan bakal melonjak harganya akibat perang.
Peningkatan harga energi, tentu bakal disusul dengan melonjaknya seluruh rantai pasokan komoditi lainnya. Daya beli yang lemah akibat pandemi, akan makin melemah bila perang di Ukraina semakin meluas.
Apalagi, dalam seminggu terakhir sudah kenaikan tarif tol, harga elpiji, BBM non subsidi, gandum, minyak goreng, kacang kedelai, daging sapi, daging ayam, dan lain sebagainya. Dan di sinilah, Presiden Jokowi mewanti-wanti rakyatnya untuk waspada dan hati-hati dengan kemungkinan berkembangnya situasi ekonomi ke arah lebih sulit lagi.
Jeirry Sumampow, Kepala Humas Persekutuan Gereja-Gejera di Indonesia, dalam keterangan tertulisnya mengatakan, pihaknya juga turut serta mencermati situasi ini dan berharap Pemerintah bisa segera melakukan intervensi guna mengatasi kelangkaan bahan pokok juga kenaikan harga, sambil memperkuat ketahanan masyarakat.
PGI juga meminta warganya termasuk masyarakat secara umum, sedapat mungkin membatasi gaya hidup konsumerisme sambil mengembangkan laku hidup sederhada dan kesediaan saling membantu antar sesama warga bangsa.
Jeirry juga mendorong Gereja-Gereja untuk terus melakukan doa bagi pihak yang menderita secara langsung atau tak langsung akibat perang di Ukraina. Hal ini, juga dalam rangka solidaritas global, kebersamaa dengan perayaan minggu-minggu pra Paskah.
“Semoga perang segera dihentikan sehingga pemulihan dampak perang terhadap kemanusiaan dan lingkungan bisa segera digalakan,” kata Jeirry.[]