PM Jepang Shigeru Ishiba Memutuskan Mundur setelah Hadapi Tekanan

Pengunduran diri ini terjadi setelah berminggu-minggu kekacauan. Empat pejabat senior, termasuk pejabat nomor dua partai, Hiroshi Moriyama, mengajukan pengunduran diri pekan lalu, sementara mantan perdana menteri yang berpengaruh, Taro Aso, 84 tahun, mendesak Ishiba untuk mundur.
JERNIH – Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba memutuskan untuk mengundurkan diri karena tekanan meningkat dalam Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa untuk melakukan kontes kepemimpinan menyusul kekalahan telak dalam pemilihan majelis tinggi bulan Juli
Keputusan ini muncul kurang dari setahun setelah pria berusia 68 tahun itu memimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) yang telah lama dominan. Sejak itu, ia kehilangan mayoritas di kedua majelis parlemen.
Lembaga penyiaran publik NHK mengatakan Ishiba membuat keputusan untuk menghindari perpecahan di dalam partai, sementara harian Asahi Shimbun mengatakan ia tidak mampu menahan seruan yang semakin meningkat untuk pengunduran dirinya. Menteri pertanian dan mantan perdana menteri dilaporkan bertemu dengan Ishiba pada Sabtu malam untuk mendesaknya mengundurkan diri secara sukarela.
Pengunduran diri ini terjadi setelah berminggu-minggu kekacauan. Empat pejabat senior, termasuk pejabat nomor dua partai, Hiroshi Moriyama, mengajukan pengunduran diri pekan lalu, sementara mantan perdana menteri yang berpengaruh, Taro Aso, 84 tahun, mendesak Ishiba untuk mundur.
Para penentang mengatakan Ishiba harus bertanggung jawab atas penghinaan dalam pemilu ini, sementara yang lain memperingatkan bahwa memaksanya mundur melalui kesepakatan-kesepakatan gelap hanya akan memperkuat persepsi faksionalisme LDP klasik yang telah mengikis kepercayaan publik.
Permohonan resmi untuk pemilihan pemimpin baru diperkirakan akan diajukan pada hari Senin besok. Jika disetujui, akan ada kontes untuk menggantikan Ishiba, yang masa jabatannya semula dijadwalkan hingga September 2027. Perebutan kepemimpinan diperkirakan akan berlangsung pada awal Oktober, dengan para calon penerus yang sudah bersaing memperebutkan posisi.
Sanae Takaichi, kandidat nasionalis garis keras yang menempati posisi kedua dalam pemilihan pemimpin 2024, hampir pasti telah mendeklarasikan pencalonannya. Koizumi, yang dianggap sebagai seorang reformis dan populer di kalangan pemilih muda, juga dianggap sebagai kandidat kuat, bersama dengan Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi.
Masa Depan yang Tidak Pasti
Namun, opini publik beragam. Jajak pendapat Nikkei yang dilakukan pada akhir Agustus menunjukkan bahwa meskipun Takaichi dipandang sebagai penerus yang paling “tepat”, 52% responden menentang diadakannya pemilihan kepemimpinan. Beberapa survei juga menunjukkan bahwa kabinet Ishiba kembali menguat setelah mencapai kesepakatan tarif dengan Amerika Serikat dan membalikkan kebijakan beras untuk meningkatkan produksi.
Tagar “#Ishiba Jangan Berhenti” menjadi tren di dunia maya karena para pendukungnya mendesaknya untuk tetap menjabat, yang menunjukkan reputasinya sebagai politisi moderat dan gigih. Namun, kenaikan harga pangan, penurunan standar hidup, dan skandal korupsi yang terus berlanjut di dalam LDP telah memicu kekecewaan pemilih dan memperkuat partai-partai populis yang lebih kecil seperti Sanseito.
Bagi Ishiba, seorang politisi karier yang akhirnya memenangkan kepemimpinan LDP pada upaya kelimanya tahun lalu dengan menjanjikan “Jepang baru”, pengunduran dirinya menandai akhir yang tiba-tiba dari jabatan perdana menteri yang telah lama dinantikan. Kepergiannya membuka babak baru ketidakpastian bagi LDP, yang, meskipun hampir tak pernah terputus sejak 1955, kini menghadapi salah satu krisis terdalamnya dalam beberapa dekade.