PM Spanyol Buka Pembicaraan dengan Separatis Catalonia
Tokoh utama Catalonia selama aksi referendum, Carles Puigdemont, berhasil melarikan diri ke Belgia. Permohonan ekstradisi dari Spanyol selama ini ditolak oleh Belgia, dengan alasan pengejaran Puigdemont adalah masalah politik, bukan masalah kriminal
JERNIH– Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez untuk pertama kalinya bertemu dengan pemimpin regional Catalonia Pere Aragones di Madrid, Selasa (30/6) lalu. Kedua belah pihak sepakat membuka kembali putaran negosiasi mengenai solusi konflik politik di kawasan itu pada September mendatang.
PM Pedro Sanchez dalam sebuah tweet mengenai pertemuan itu mengatakan, pemerintah pusat Spanyol sedang membuka “tahap baru untuk mencari solusi bersama yang meningkatkan kehidupan semua warga negara.”
Pemimpin Catalonia Pere Aragones mengatakan, pertemuan itu menyoroti perbedaan-perbedaan mendasar antara kedua politisi. “Pertemuan pertama dengan Pedro Sanchez telah menunjukkan seberapa jauh jarak posisi kami dan perbedaan nyata yang ada untuk menyelesaikan konflik,” kata Pere Aragones kepada wartawan setelah pertemuan.
Aragones meminta Madrid untuk mengizinkan Catalonia melaksanakan referendum kemerdekaan, sebuah gagasan yang secara tegas ditolak PM Pedro Sanchez. “Ada konflik politik yang harus diselesaikan melalui dialog, negosiasi, dan kemauan untuk mencapai kesepakatan. Dan kesepakatan itu harus dikonfirmasi oleh warga Catalonia melalui pemungutan suara,” kata Aragones.
Sengketa separatisme
Pertemuan Selasa (29/6) itu terjadi setelah Sanchez baru-baru ini mengampuni sembilan pemimpin separatis Catalonia yang dipenjara, sebagai isyarat niat baik pemerintah di Madrid yang bertujuan untuk meredakan ketegangan antara kedua belah pihak.
Para pemimpin separatis itu dijatuhi hukuman penjara karena keterlibatan mereka dalam referendum kemerdekaan yang dianggap ilegal pada 1 Oktober 2017.
Referendum tersebut memicu krisis politik di Spanyol, antara kawasan otonomi Catalonia dengan pemerintah pusat yang saat itu dipimpin kubu konservatif. Madrid kemudian mengirim satuan aparat keamanan untuk menghentikan pemungutan suara di Catalonia.
Beberapa minggu setelah itu, para pemimpin Catalonia mendeklarasikan kemerdekaan wilayahnya dari Spanyol. Pemerintah pusat di Madrid bereaksi dan mencabut otonomi Catalonia, dan Madrid menjalankan pemerintahan langsung atas wilayah berpenduduk 7,8 juta orang itu.
Tokoh utama Catalonia selama aksi referendum, Carles Puigdemont, berhasil melarikan diri ke Belgia, di mana dia sekarang tinggal di pengasingan. Permohonan ekstradisi dari Spanyol selama ini ditolak oleh Belgia, dengan alasan pengejaran Puigdemont adalah masalah politik, bukan masalah kriminal. [AP/AFP/Reuters]