Polda Papua duga Senpi Milik KKB Berasal dari Luar Negeri
TIMIKA-Kepolisian Daerah (Polda) Papua hingga kini terus mendalami informasi tentang dugaan kasus penyelundupan senjata api beserta amunisi dari luar negeri ke wilayah itu. Hal tersebut berkaitan dengan maraknya teror penembakan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata/KKB terhadap prajurit TNI dan Polri di berbagai daerah di Papua akhir-akhir ini.
“Memang ada info-info bahwa bukan hanya dari dalam negeri, ada juga dari luar negeri. Ada indikasi dari perbatasan itu juga masuk. Lalu dari Filipina juga masuk melalui Maluku Utara, kemudian ke Sorong Papua Barat lalu masuk ke Papua. Banyak jalan yang mereka gunakan. Itu yang sedang kami lacak,” kata Kapolda Papua Irjen Polisi Paulus Waterpauw di Timika, Senin (13/1/2020).
Paulus juga meminta dukungan dan bantuan masyarakat setempat untuk tidak segan memberitahu kepada pihak berwajib jika mengetahui informasi adanya transaksi senpi dan amunisi sehingga transaksi tersebut dapat dicegah. Paulus juga berharap dapat mengetahui jaringan sindikatnya serta menyeret para pelaku yang terlibat ke dalam proses hukum.
Disamping dari luar negeri, Paulus juga mendapat informasi bahwa senjata rakitan dari beberapa daerah di dalam negeri juga masuk ke Papua, diantaranya dari Lumajang.
“Polda Papua mendapatkan informasi bahwa ada sejumlah senjata rakitan dari daerah Lumajang, Jawa Timur dengan kondisi yang cukup modern sudah masuk ke wilayah Papua”
Paulus menjelaskan bahwa penyelundupan senpi dan amunisi kepada KKB di Papua harus ditangani serius dengan melibatkan semua pihak terkait, sebab bila KKB memiliki senjata api dan amunisi yang memadai, maka aksi KKB akan semakin tak terkendali dan liar, dimana mereka bukan hanya melakukan teror penembakan untuk melawan petugas, tapi juga menikmati segala fasilitas dan kemewahan.
“Dengan memegang senjata, mereka juga ingin makan enak, ingin perempuan, ingin hidup mewah dan memiliki uang banyak. Mereka juga menekan aparat pemerintah seperti kepala-kepala desa untuk menyetor dana. Makanya kita semua perlu duduk bersama untuk melakukan evaluasi sekaligus memikirkan cara terbaik dalam menyikapi kasus ini ke depan,” kata Paulus.
Terkait dengan kekuatan personel KKB Nduga pimpinan Egianus Kogoya yang selama ini terus melakukan teror penembakan terhadap petugas, Paulus mengatakan jumlah mereka tidak seberapa besar.
“Jumlah mereka tidak banyak, makanya kita menyebut mereka sebagai kelompok yang melakukan perbuatan kriminal dan mereka bersenjata,”.
Meskipun jumlah mereka tidak besar, namun KKB Nduga menggunakan modus lain yakni memanfaatkan warga sipil terutama ibu-ibu, anak-anak dan kaum perempuan menjadi tameng saat berhadapan dengan penegakan hukum.
“Itu kebiasaan mereka, mereka paksa ibu-ibu, anak-anak dan kaum perempuan untuk ikut dengan mereka untuk dijadikan tameng. Kondisi itulah yang kadang-kadang membuat kami sulit melakukan upaya hukum yang tegas kepada mereka,”.
(tvl)