Polisi di Negara Seliberal AS Pun Doyan Memantau Percakapan WhatsApp

Telegram dan Signal sangat terkenal dengan perlindungan privasinya, karena Telegram terkenal hanya menyediakan alamat IP dan nomor telepon dalam kasus dugaan terorisme. Sedangkan Signal hanya memberikan tanggal dan waktu pendaftaran dan tanggal terakhir penggunaan aplikasi. Tak satu pun dari keduanya memberikan konten pesan ke FBI.
JERNIH–Sebuah dokumen FBI yang sebelumnya tidak diungkapkan menunjukkan bahwa memantau aktivitas WhatsApp dan Facebook adalah masalah sepela Kepolisian Nasional AS tersebut. Dokumen FBI memberikan pedoman untuk memperoleh pesan dan metadata secara legal pada aplikasi perpesanan tertentu, seperti WhatsApp, Facebook, Telegram, Viber, dan lainnya.
Menurut dokumen yang diperoleh Rolling Stone, iMessage dan WhatsApp memberi FBI akses ke lebih banyak kategori data daripada platform lain, termasuk konten dan riwayat pesan yang dikirim dan diterima. Mereka juga bekerja sama dengan pihak berwenang lebih lanjut jika surat perintah penggeledahan dikeluarkan, menawarkan data pada cadangan sebelumnya, daftar kontak, dan bahkan lebih banyak data pribadi.
WhatsApp, misalnya, adalah satu-satunya dari sembilan aplikasi yang diuraikan dalam dokumen yang menggunakan apa yang disebut “pendaftar”, permintaan pengawasan yang menangkap sumber dan tujuan setiap pesan untuk individu. WhatsApp menghasilkan metadata pengguna tertentu setiap 15 menit sebagai tanggapan terhadap register pena, kata FBI, yang berarti bahwa bahkan tanpa meminta konten pesan dari WhatsApp, metadata tersebut menangkap siapa dan kapan seseorang mengirim pesan, serta pengguna lain yang mereka miliki di phone book mereka.
“WhatsApp yang menawarkan semua informasi ini, menghancurkan reporter yang berkomunikasi dengan sumber rahasia,” kata Daniel Kahn Gillmor, seorang staf teknolog senior di ACLU (American Civil Liberties Union) kepada Rolling Stone.
WhatsApp melalui juru bicara mereka mengatakan, dokumen itu “mengilustrasikan apa yang telah kami katakana– bahwa penegak hukum tidak perlu memecahkan enkripsi ujung ke ujung untuk bisa berhasil menyelidiki kejahatan.”
“Kami dengan hati-hati meninjau, memvalidasi, dan menanggapi permintaan penegakan hukum berdasarkan hukum yang berlaku, dan tentang ini di situs web kami sangat jelas, dan dalam laporan transparansi reguler,” kata juru bicara itu.
Dokumen FBI, berjudul “Lawful Access (Akses yang Sah),” mencakup kebijakan untuk iMessage, WhatsApp, Line, Viber, Telegram, Signal, Threema, WeChat, dan Wickr. Telegram dan Signal sangat terkenal dengan perlindungan privasinya, karena Telegram terkenal hanya menyediakan alamat IP dan nomor telepon dalam kasus dugaan terorisme. Sedangkan Signal hanya memberikan tanggal dan waktu pendaftaran dan tanggal terakhir penggunaan aplikasi. Tak satu pun dari keduanya memberikan konten pesan ke FBI.
Informasi lebih lanjut menunjukkan bahwa hanya iMessage, WhatsApp, dan Line yang menyimpan konten pesan dan membuatnya tersedia untuk otoritas federal, sementara enam lainnya tidak mengungkapkan konten pesan.
Dokumen tersebut diterima oleh Property of the People, sebuah kelompok advokasi transparansi yang berbasis di Washington, DC, melalui permintaan Freedom of Information Act dan kemudian dibagikan kepada Rolling Stone.
“Privasi sangat penting untuk demokrasi,” kata Ryan Shapiro, direktur eksekutif Property of the People’s, kepada Rolling Stone. “Kemudahan Polisi mengawasi data online kita, menggali detail intim kehidupan kita sehari-hari, mengancam kita semua dan membuka jalan bagi pemerintahan otoriter.” [The Rolling Stone]