Politisi anti-Islam Geert Wilders: Indonesia yang Harus Minta Maaf Kepada Belanda
- Geert Wilders tidak nyaman dengan masa lalunya. Ia adalah keturunan petinggi KNIL yang hidup makmur di tanah jajahan.
- Sebagai cucu kolonialis, Wilders menyimpan dendam kepada Indonesia.
JERNIH — PM Mark Rutte barus saja meminta maaf kepada Indonesia atas kekejaman tentara Belanda selama Perang Kemerdekaan Indonesia. Namun politisi sayap kanan Geert Wilders mengatakan; “Permintaan maaf itu tidak pantas. Justru Indonesia yang harus minta maaf kepada Belanda.”
Dalam kicauan Twitter-nya, Wilders — politisi Belanda keturunan orang Sukabumi — menulis; “Mana perminatan maaf Indonesia atas kekerasan mereka terhadap orang Belanda selama periode Bersiap.”
Menurut Wilders, menghukum tentara Belanda adalah memalsukan sejarah. “Mereka adalah pahlawan. Kita harus berdiri di belakang veteran kita. Permintaan maaf tidak pantas,” lanjutnya.
Gelar Pameran Revolusi Indonesia, Rijksmuseum Terima Ancaman Online dan Fisik
Kicauan Wilders memamtik kemarahan publik Indonesia, tidak hanya di tanah air tapi juga di luar negeri. Sumpah serapah untuk Wilders bertebaran di media sosial. Salah satu netizen menyebut Wilders tak tahu sejarah.
Sebuah artikel di situs groene.nl menyebutkan Wilders memang tidak merasa nyaman dengan asal-usulnya. Dalam biografi Wilders berjudul It can’t get much crazier, penulis Arthur Blok dan Jonathan van Melle menulis; “Ketika ditanya tentang latar belakang Indonesia-nya, Wilders mengemukakan cerita tak jelas.”
Wilders, masih menurut Blok dan Van Melle, malu dengan ayahnya yang veteran KNIL atau anjing NICA. Di Indonesia, kata anjing adalah sebutan paling hina, karena anjing adalah binatang najis.
“Ayah dari ibu saya adalah mayor Tentara Kerajaan Hindia-Belanda (KNIL). Ibu saya lahir dari orang tua Belanda, tapi memiliki beberapa saudara perempuan, salah satunya menikah dengan pria Indonesia,” kata Wilders seperti ditulis Blok dan Van Melle.
Sebelum Jepang datang, Keluarga Wilders relatif makmur. Saat Jepang datang, Keluarga Wilders menghuni kamp interniran dan menjadi warga kelas kambing. Saat itu, Jepang mengeluarkan kebijakan tidak boleh ada kulit putih di ruang publik.
Wilders mewarisi cara berpikir kolonial. Sebagai kolonial, ia tahu siapa pengganggu kenyamanan orang Belanda di tanah jajahan bernama Hindia-Belanda, yaitu Islam. Itulah mengapa Wilders sangat anti-Islam.
Kini, Wilders memperlihatkan sosoknya sebagai keturunan kolonial, dengan membalikan fakta sejarah yang dipresentasikan 24 sejarawan Belanda.