Crispy

Gelar Pameran Revolusi Indonesia, Rijksmuseum Terima Ancaman Online dan Fisik

  • Sebelum pameran, sejarawan dan kurator tamu Indonesia mendapat serangan verbal berupa penghinaan dan pemutarnalikan sejarah.
  • Peneliti NIOD juga mendata serangan serupa setelah memprsentasikan temuannya.

JERNIH— Rijksmuseum di Amserdam, Belanda, menerima ancaman online dan surat fisik jelang pameran Revolusi Kemerdekaan Indonesia dan Dekolonisasi.

Radio BNR melaporkan pengelola museum mengirim salinan ancaman itu kepada staf keamanan, dan memperingatkan kemungkinan aksi vandalisme dan kekerasan fisik selama pameran.

Sejak dibuka 11 Februari lalu, pameran Revolusi Kemerdekaan Indonesia dan Dekolonisasi menjadi sumber kontroversi. Sebelumnya, Januari 2022, Federasi Hindia-Belanda (FIN) mengajuan tuduhan dan penghinaan kepada kelompok sejarawan Indonesia dan kurator tamu Bonny Triyana.

FIN menuduh sejarawan Indonesia memutar-balikan sejarah dan mengabaikan bagian RI dalam pertumpahan darah, yaitu Perang Kemerdekaan Indonesia.

Komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB) juga keberatan dengan penggunaan istilah bersiap dalam pameran itu. Menurut mereka, kata itu cenderung rasis.

Kini, giliran Rijksmuseum menerima ancaman. Pihak museum mengatakan kepada Radio BNR bahwa mereka menerima beberapa email buruk sebagai akibat diskusi bertajuk ‘Bersiap’.

“Ada kontak yang baik dan teratur dengan aparat kepolisian,” kata juru bicara Rijksmuseum.

Kepolisian Amsterdam mengatakan Rijksmuseum melaporkan adanya ancaman online tapi tidak mengajukan tuntutan. Polisi dan pihak museum tidak akan berkomentar lebih lanjut tentanf sifat dan asul-usul atau tindakan keamanan yang akan diambil.

Jeffry Pondaag dari KUKB mengatakan pelaku di balik ancaman itu dapat ditemukan di FIN. “Peneliti Institute Studi Perang dan Holokaus (NIOD) juga menjadi sasaran,” katanya.

Pekan lalu, NIOD dan peneliti lain menerbitkan laporan yang menduh pemerintah Belanda menoleransi kekerasan sistemik dan ekstrem selama Perang Kemerdekaan Indonesia. Laporan itu memicu permintaan maaf PM Balanda Mark Rutte.

FIN membantah terlibat dalam ancaman terhadap Rijksmuseum. “Kami tidak akan pernah melakukan hal seperti itu,” kata Hans Moll, ketua FIN. “Kami ingin pameran itu berlangsung.”

Back to top button