Pria Botak Lebih Berisiko Terpapar Covid-19
Jakarta – Hubungan antara rambut rontok dan Covid-19 begitu kuat sehingga beberapa ilmuwan menyarankan kebotakan harus dianggap sebagai faktor risiko. Hal ini terjadi setelah dokter AS pertama yang meninggal mati karena Covid-19 di Amerika Serikat, Dr Frank Gabrin, memang berkepala botak.
Penulis utama studi ini mengatakan kepada The Daily Telegraph, kemarin, “Kami benar-benar berpikir bahwa kebotakan adalah prediktor sempurna dari tingkat keparahan.” Surat kabar itu melaporkan data yang telah muncul sejak dimulainya wabah Covid-19 di provinsi Wuhan China telah menunjukkan bahwa pria lebih mungkin meninggal setelah tertular virus corona.
Di Inggris, sebuah laporan minggu ini Public Health England menemukan bahwa laki-laki usia kerja dua kali lebih mungkin meninggal dibandingkan perempuan setelah didiagnosis dengan Covid-19.
Dokter di Italia sebelumnya menemukan pasien yang diberi terapi kekurangan androgen, yang secara masif memotong kadar testosteron, empat kali lebih kecil kemungkinannya meninggal akibat coronavirus. Para ilmuwan berpikir virus dapat menggunakan protein TMPRSS2 untuk membantunya membuka sel.
Para peneliti di London Institute for Cancer Research sedang memeriksa tautan lebih lanjut mengenai hal ini, sementara University of California, Los Angeles mencari terapi pemblokiran testosteron untuk membantu pengobatan coronavirus.
Diketahui, testosteron dapat menghasilkan dihidrotestosteron (DHT) yang dapat menyebabkan kerontokan rambut. Namun ada kemungkinan pria memiliki hormon testosteron yang rendah tetapi tingkat DHT-nya yang tinggi.
Profesor Carlos Wambier dari Brown University melakukan penelitian di Spanyol yang menemukan bahwa jumlah pria dengan kebotakan yang tidak proporsional dibawa ke rumah sakit dengan coronavirus.
Data dari satu studi menunjukkan 71 persen dari 41 pasien dengan Covid-19 di rumah sakit di seluruh Spanyol botak. Tingkat kebotakan latar belakang normal untuk pria kulit putih pada usia yang sama dengan pasien antara 31 dan 53%.
Studi kedua, yang diterbitkan dalam Journal of American Academy of Dermatology, menemukan 79 persen dari 122 pasien coronavirus pria di rumah sakit Madrid botak.
Para ilmuwan berpendapat androgen – hormon seks pria – dapat berkontribusi pada kerontokan rambut dan meningkatkan kemampuan coronavirus untuk menyerang sel. Itu berarti obat penekan hormon berpotensi digunakan untuk memperlambat kemajuan Covid-19 dan memberikan waktu bagi penderita untuk pulih. [*]