Puluhan Rakyatnya Mati Kelaparan, Korut Masih Unjuk Kekuatan Lepas Delapan Rudal
- Penguncian untuk menekan Covid-19 membuat penduduk desa gagal mendapat makanan alternatif.
- Tidak ada pernyataan resmi dari Pyongyang mengenai kabar kelaparan ini.
JERNIH — Korea Utara (Korut), Minggu 5 Juni, melepas delapan rudal balistik jarak pendek (SRBM) ke Laut Timur di tengah laporan puluhan warga negeri Stalinist itu mati kelaparan.
Korea Times melaporkan Kepal Staf Gabungan (JCS) mengatakan peluncuran terdeteksi antara pukul 09:08 dan 09:43 pagi di sekitar wilayah Sunan di Pyongyang, Kaechon di utara ibu kota, barat laut Tongchang-ri, dan sebelah timur kota Hamhung.
Rudal terbang sekitar 110 hingga 670 kilometer pada ketinggian antara 25 sampai 90 kilometer dengan kecepatan tiga sampai enam Mach.
Sebuah sumber mengatakan dua rudal ditembakan dari setiap situs secara sporadis, kemungkinan dari transporter erector launchers (TELs). Ini adalah jumlah terbesar rudal yang ditembakan Korut ke Laut Timur.
Saat yang sama DailyNK melaporkan sekitar 20 penduduk Provinsi Hwanghae Selatan meninggal akibat kelaparan. Ini membuktikan penguncian yang diberlakukan Korut untuk menahan penyebaran Covid-19 terbukti tragis. Penguncian menyebabkan orang-orang gagal mendapatkan makanan.
“Penduduk di Kabupaten Sinwon dan pedesaan lainnya menemui ajal. Sebagian besar akibat kalaparan,” kata sumber di Provinsi Hwanghae kepada DailyNK.
Sebagian besar keluarga petani di Provinsi Hwanghae menghadapi kekurangan pangan akibat panen tahun lalu dirusak kekeringan dan banjir. Banyak keluarga menerima jatah makanan untuk beberapa bulan ke depan.
Keluarga yang gagal menyisihkan cadangan makanan sebelum penguncian untuk menekan Covid-19 menghadapi bencana. Itu terjadi di sejumlah desa di Kabupaten Sinwon dan Paechon.
Di tempat ini ada larangan pergerakan orang karena pasar ditutup. Warga gagal mendapatkan makanan dan 20 orang tewas.
Selama masa paceklik penduduk desa tergantung pada sayur-mayur liar dan bubur terbuat dari rumput. Penguncian membuat mereka tidak mendapatkan sumber makanan alternatif untuk mengatasi kelaparan.
Mereka tidak bisa berbuat lebih banyak selain manahan lapar. Atau mereka menggeroboti kahu rumah sampai kematian datang.