Crispy

Qatar Tuntut Permintaan Maaf Israel Atas Serangan Doha sebelum Kembali Jadi Mediator

JERNIH – Qatar menuntut agar Israel meminta maaf atas serangannya terhadap Doha sebagai prasyarat dimulainya kembali perannya sebagai mediator antara Israel dan Hamas dalam negosiasi gencatan senjata Gaza.

Serangan itu, yang dilancarkan pada 9 September dan dimaksudkan untuk membunuh pimpinan tertinggi Hamas, memicu kemarahan Qatar dan negara-negara tetangganya karena melanggar kedaulatan Qatar. Serangan itu, yang dilakukan di kawasan diplomatik Doha, menewaskan lima orang lainnya, semuanya pejabat rendah Hamas, dan melukai beberapa warga sipil.

Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani, mengutip Axios, meminta permintaan maaf selama pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio di Doha pada hari Selasa. Permintaan tersebut juga muncul selama pertemuan Rubio dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Utusan AS Steve Witkoff dan Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer.

Laporan itu menambahkan bahwa Qatar bersedia fleksibel terhadap bahasa yang digunakan dalam permintaan maaf, memberikan kompensasi kepada keluarganya, dan berjanji tidak akan menyerang Qatar lagi.

Netanyahu memahami tindakan tersebut sebagai salah perhitungan menyusul tanggapan tajam dari kawasan. Serangan Doha itu memicu pertemuan puncak darurat bersama antara Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam.

Pertemuan puncak itu menghasilkan pernyataan yang menyerukan negara-negara untuk meninjau kembali hubungan diplomatik dan ekonomi mereka dengan Israel, dan berkoordinasi dalam menangguhkan keanggotaan Israel di PBB.

Hal ini juga menghidupkan kembali diskusi mengenai pasukan Arab bergaya NATO di kawasan tersebut, yang dipimpin mediator Gaza kedua, Mesir, meskipun diskusi tersebut diadakan di sela-sela pertemuan puncak.

Ketegangan antara mediator Gaza dan Israel juga telah menyebabkan munculnya laporan mengenai penumpukan militer Mesir di Sinai karena kekhawatiran bahwa Israel akan secara paksa memindahkan jutaan warga Palestina ke Sinai, garis merah Mesir.

Perang Israel di Gaza telah mengakibatkan dampak meluas ke kawasan. Israel juga berperang melawan Hizbullah di Lebanon Selatan pada 2024 dan perang 12 hari melawan Iran pada bulan Juni tahun ini. Negara ini juga melancarkan serangan udara terhadap kelompok Houthi di Yaman, di Tepi Barat yang diduduki, dan diduga menyerang armada kapal yang menuju Gaza di Tunisia.

Hubungan Israel secara global juga memburuk akibat tindakannya di Gaza, yang semakin diakui sebagai genosida. Israel melakukan aneksasi merayap di Tepi Barat yang diduduki sehingga memicu reaksi keras dari Barat dan inisiatif untuk mengakui Negara Palestina.

Back to top button