Crispy

Radhan-Rasyid: Dana Royalti Sawit Mampu Dorong Pembangunan di Konsel

  • Peningkatan daya royalti sawit akan membuat pemerintah kabupaten mampu membuat kebijakan baru; pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan layanan kesehatan.
  • Pengembangan produk turunan sawit; margarine, minyak goreng, dan bahan kosmetik, memberikan nilai tambah yang menyejahterakan penduduk.

KONAWE SELATAN — Belum teraktualisasinya potensi besar kelapa sawit di Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara menjadi pilar perekonomian warga dan pemerintah setempat membuat pasangan calon bupati dan calon wakil bupati Konsel; Radhan-Rasyid seolah merasa gatal. Padahal, bila Konsel dibangun menjadi sentra industri sawit di Indonesia Timur, dana royalti sektor itu akan mampu mendukung meningkatkan anggaran pembangunan, meningkatkan pembangunan daerah, serta lebih menyejahterakan warga, khususnya para petani.

Menurut Radhan, Konsel mengalami perkembangan signifikan dalam sektor sawit. Pada 2023, luas area perkebunan sawit mencapai 11.500 hektare, produksi mencapai 57.500 ton, serta menghasilkan pendapatan sebesar Rp 287,5 miliar. Bahkan lima tahun sebelumnya, besarnya potensi sawit untuk membangun dan menyejahterakan warga Konsel itu telah diakui La Mandi, ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulawesi Tenggara saat itu.

“Jika di Sultra terdapat industri pengolahan pasca panen, para petani kelapa sawit dipastikan akan sejahtera karena diperkirakan harga standar buah tandan segar lumayan tinggi, sekitar Rp1.000 per kilogram,” kata La Mandi.

Banyak pihak mengakui potensi besar sektor sawit di Konsel itu belum mendapatkan perhatian yang cukup dari pemerintah setempat. Untunglah, ada saja pelaku usaha sawit besar yang berani menanam modal di sektor tersebut. PT Merbaujaya Indahraya, misalnya, telah lama memulai pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit sebagai bukti keseriusan mereka menanamkan modal usaha di daerah ini.

Pada 2007 lalu perusahaan melakukan pengembangan usaha di Sulawesi Tenggara. Pada 2020, kapasitas pabrik di Sultra masih sekitar 45 ton tandan buah segar. Pada 2023 kapasitas pabrik mengalami peningkatan menjadi 60 ton tandan buah segar per jam atau membutuhkan bahan baku setara 12.000 hektare kebun produktif.

“Kami berharap dapat membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan ekonomi lokal,” kata pihak perusahaan melalui situs resmi merbaujayaindahraya.co.id.

Manfaat dana royalti sawit

Menurut perhitungan yang melibatkan banyak pihak, Radhan-Rasyid yakin bahwa pengalokasian dana royalti dari ekspor sawit dapat memberikan berbagai manfaat bagi pembangunan di Konsel. Beberapa kebijakan bisa diambil seiring naiknya dana royalti. Misalnya, peningkatan anggaran Pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan layanan kesehatan di Konsel.

“Infrastruktur yang baik sangat penting untuk mengangkut hasil panen sawit ke pabrik pengolahan sebelum membusuk,” kata Radhan.

Ia juga optimistis akan peningkatkan dana royalti sawit setelah terwujudnya Konsel sebagai sentra industri sawit. Selain itu adakah tercipta lapangan kerja baru bagi warga Konsel. Ia memprediksi akan ada sekitar 10 ribu lapangan kerja baru yang akan mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan warga.

Konsel juga bisa memulai pengembangan produk turunan sawit seperti minyak goreng, margarin, dan bahan baku kosmetik. “Itu semua dapat meningkatkan nilai tambah produk dan memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi daerah,” kata Radhan. Ia berharap masuknya investasi dari luar di sektor ini dapat membantu mendirikan pabrik-pabrik baru yang lebih modern dan efisien.

Namun, menurut Radhan, awal dari semua itu adalah komitmen Pemkab Konsel memberikan bantuan bibit dan peremajaan kebun sawit.

Seperti kata pepatah; tidak ada yang baru di bawah matahari, gagasan untuk mengembangkan sawit di Konsel juga bukan baru dan keluar dari pikiran Radhan. Pada 2014, Kepala Biro Ekonomi Pemerintah Provinsi Sultra Muhammad Faisa, pernah menekankan pentingnya pengembangan perkebunan sawit berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian daerah itu.

“Untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pekebun, berbagai upaya telah dilakukan, di antaranya program peningkatan produksi dan mutu pada wilayah sentra produksi sawit, serta dengan pemberian bibit,” ujar Faisal. Sayangnya, hingga dekade berganti potensi sawit di Konsel itu tetap hanya menjadi potensi laten.

Pembangunan Seiring

Radhan juga tidak melihat upaya aktualisasi potensi besar sawit itu sebagai sebuah rangkaian pembangunan yang bersifat serial. “Semua harus berjalan seiring, parallel, agar manfaatnya terasa dan tidak saling mengandalkan,” kata Radhan.

Untuk itu, ia bersama Rasyid juga menjadikan beberapa bidang pembangunan sebagai prioritas. Beberapa di antaranya adalah infrastruktur jalan dan transportasi; pendidikan dan pelatihan yang bisa meningkatkan kualitas SDM dan mempersiapkan tenaga kerja terampil dan siap bekerja; pembangunan fasilitas layanan kesehatan yang akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, termasuk pekerja di sektor kelapa sawit; serta pembangunan pabrik pengolahan yang akan memastikan peningkatan nilai tambah produk dan memberikan dampak ekonomi yang lebih besar.

Pada intinya, Radhan meyakini dengan dukungan kebijakan yang tepat dan pemanfaatan dana royalti ekspor sawit, Konsel memiliki potensi untuk menjadi sentra industri sawit di wilayah timur Indonesia. “Antara lain ini yang akan mampu mendukung pembangunan di Konsel dan meningkatkan kesejahteraan warga,” kata Radhan. [ ]

Back to top button