Crispy

Ridwan Kamil Lakukan Panen Perdana Padi Unggul Gerpis

Gubernur Ridwan Kamil mengatakan, salah satu hikmah positif pandemi adalah penegasan dalam realitas hidup bahwa ekonomi yang tangguh adalah ekonomi pangan. “Sehingga hal inilah yang membuat kita bergerak ke urusan pangan,” kata Emil. Gubernur juga meyakinkan hadirin bahwa yang menjadi urusan paling penting dalam 30 tahun ke depan adalah isu-isu seputar pangan, air dan energi.

JERNIH— Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, bersama beberapa tokoh masyarakat pada Minggu (28/11) melakukan panen perdana padi unggul Gerakan Pilihan Sunda (Gerpis) 01 dan 02, di kawasan persawahan Ciherang, Banjaran, Kabupaten Bandung. Padi Gerpis merupakan hasil perkawinan padi kabuyutan Sunda dengan jenis yang dihasilkan dari penelitian modern, dan diklaim bisa mendatangkan panen padi empat sampai lima kali dalam setahun.

Ketua Umum Gerpis, Andri Perkasa Kantaprawira mengatakan, unggul Gerpis tersebut ditanam dengan teknik tanam Hazton dan Salibu. Hazton adalah singkatan nama dua aktivis Kelompok Kerja Agraris Gerpis, Hazairin dan Anton, mengunakan benih tua dengan tpenanaman benih 20-30 benih per tegel. Hazairin dan Anton  lama berpraktik cara tersebut bersama para petani tradisional di Ciomas-Banten.

Pada padi Gerpis, teknik itu dipadukan dengan teknik tanam Salibu, yakni tanpa tandur. “Hasilnya, dapat meningkatkan produksi dan efektivitas sistem tanam untuk ketahanan pangan negeri dan peningkatan pendapatan petani,” ujar Andri, optimistis.

Andri juga mengatakan, penggabungan teknik Hazton dan Salibu itu memperpendek masa tanam dan mengurangi biaya produksi karena tidak memerlukan benih lagi dan tanpa tandur ulang. Dengan sistem irigasi yang baik seperti yang ada di Ciherang, ia mengatakan setahun bisa empat sampai lima kali panen. “Berarti produktivitasnya tinggi. Salibu biasanya untuk tiga kali panen, panen keempat harus benih awal lagi,” kata Andri.

Keunggulan varietas Gerpis bisa dilihat dari jumlah malai. Padi biasa umumnya memiliki 28 rumpun, sementara padi Gerpis lebih dari 60 rumpun.

Kelebihan lain padi Gerpis, kata Andri, juga sangat ramah lingkungan. Pemupukannya hanya menggunakan jerami dengan tambahan mikroorganisme, sehingga merupakan bauran dari kimia dan organik. “Alhamdulillah pada hamparan sawah Gerpis, ekosistem mulai hidup lagi. Burung kuntul sudah pada datang lagi. Artinya tutut, belut, kodok dan lain-lain berkembang normal,”kata Andri.

Sementara itu, dalam sambutan panen perdana tersebut Gubernur Ridwan Kamil (Emil) mengatakan, selain jelas menjadi persoalan besar, pandemi yang melanda pun sejatinya membawa hikmah yang positif. Salah satu hikmah yang positif itu, menurut Emil, di antaranya penegasan dalam realitas hidup bahwa ekonomi yang tangguh adalah ekonomi pangan. “Sehingga hal inilah yang membuat kita bergerak ke urusan pangan,” kata Emil, tegas.

Gubernur meyakinkan hadirin bahwa yang menjadi urusan paling penting dalam 30 tahun ke depan adalah isu-isu seputar pangan, air dan energi.

“Kita sangat memiliki potensi di ketiga isu itu. Tinggal bagaimana pemegang kebijakan mengelola kelebihan yang kita miliki dengan lebih baik dan benar,” kata dia, disambut tepuk tangan riuh mereka yang hadir.

Berkenaan dengan padi Gerpis yang sangat ramah lingkungan, Emil yang dikenal sebagai tokoh yang sangat peduli akan energi terbarukan, menyatakan bahwa upaya memaksimalkan energi terbarukan dan hal-hal yang ramah lingkungan menjadi hal yang harus diutamakan. “Dan hal itu dimungkinkan dengan kondisi alam kita di Indonesia,” kata Emil, gubernur pertama yang menggunakan mobil listrik untuk aktivitas kesehariannya itu.

Luas lahan sawah yang juga menjadi ‘laboratorium’ Gerpis di Ciherang itu meliputui 13,5 hektare. Dengan demikian area itu cukup untuk melakukan banyak inovasi dalam mempersiapkan pengembangan pertanian.

Adapun padi yang dipanen perdana dalam kesempatan tersebut adalah jenis padi Gerpis 01 setara pandawangi, Gerpis 02 setara Ciherang, Ketan Galuh, dan padi super premium padi Gembar.

Hadir dalam panen perdana Gerpis tersebut di antaranya anggota DPD RI dari Jawa Barat Eni Sumarni, mantan Pangdam III Siliwangi Iwan Sulanjana, Direktur Utama PT Agro Jabar, Kurnia Fajar, Ketua Kwarda Jabar Athalia Kamil, pengacara Dindin S Maolani, serta aktivis Avi Taufik Hidayat. [rls]

Back to top button