Crispy

Rusia Mulai Produksi Vaksin Covid-19

  • Rusia menolak asumsi memenangkan persaingan mendapatkan vaksin Covid-19.
  • Ini bukan memenangkan persaingan, tapi menyelamatkan manusia lebih cepat.

Moskwa — Alexander Gintsburg, Kepala Institut Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamelya, mengatakan pengalaman meneliti dan membuat vaksin Ebola dan Mers membuat Rusia mampu meluncurkan vaksin Covid-19 lebih cepat dari yang diperkirakan banyak orang.

“Kami mampu membuat vaksin dalam waktu lima bulan, karena Sputnik V — nama vaksin produksi Rusia — tidak dibuat dari awal,” kata Gintsburg kepada Russia Today.

Menurut Gintsburg, seluruh generasi ahli bioogi, ahli virologi, dan ahli imunologi, telah 20 tahun mengembangkan teknologi yang digunakan untuk membuat vaksin Covid-19 dan enam obat lain.

“Penelitian vaksin GamEvac-Combi, atau vaksin Ebola, beberapa tahun lalu sangat membantu dan menentukan komposisi dan dosis imunisasi,” kata Gintsburg.

Rusia, Sabtu 15 Agustus 2020, mengumumkan hari pertama produksi vaksin Gam-Covid-Vak, atau Sputnik V, setelah obat didaftarkan regulator kesehatan Rusia.

Muncul pertanyaan apakah Rusia terlalu terburu-buru mengumumkan produksi Sputnik V, dan apakah pendistribusin cukup aman sebelum uji Fase III selesai.

Gintsburg menanggapi kekhawatiran dengan mengatakan; “Sputnik dikembangkan sesuai peraturan di Rusia.” Hukum Rusia, lajutnya mengijinkan mempersingkat proses pengembangan karena keadaan darurat.

“Namun tidak ada prosedur keselamatan yang dikorban dengan cara apa pun,” kata Gintsburg.

Banyak perusahaan di berbagai negara meneliti dan berusaha membuat vaksin sejak Desember 2019, atau ketika kali pertama virus merebak. Beberapa perusahaan dikabarkan mulai melakukan uji Fase III, tapi ada pula yang baru melakukan uji Fase II.

Rusia menjadi negara pertama yang mengumum temuan, mendaftarkan vaksin itu. Namun, Gintsburg menolak asumsi Rusia memenangkan persaingan.

“Ini bukan tentang memenangkan persaingan, tapi melindungi orang lain,” katanya.

Secara keseluruhan, lebih 21 juta orang terinfeksi virus korona di seluruh dunia sejak awal wabah. Lebih 776 ribu meninggal, demikian perhitungan Universitas John Hopkins.

Back to top button