Saat Kemelut Perang Yaman Berkecamuk, Kasus pertama Covid-19 Muncul.
YAMAN – Negara yang dilanda krisis kemanusiaan akibat peperangan yang tak pernah henti kini mulai menghadapi ancaman lainnya. Pada hari Jumat (9/4/2020) Yaman mengumumkan kasus pertama infeksi virus corona. Kasus pertama tersebut menimbulkan kekhawatiran meningkatnya pandemi ditengah kemelut perang.
“Kasus pertama virus corona dikonfirmasi dan diidentifikasi berada di provinsi selatan Hadramout,” kata komisi pemerintah Yaman yang diketuai oleh pemerintah Presiden Abd Rabbo Mansour Hadi di Twitter.
Orang yang terkontaminasi di wilayah Chahr itu kini menerima perawatan medis dan kondisinya stabil, kata komite itu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan di Twitternya bahwa semua orang yang telah melakukan kontak dengan pasien ingin diisolasi.
“Kami sedang melakukan segala yang kami bisa untuk mencegah penyebaran virus dan membantu kesiapan pihak berwenang untuk mengobati pasien.” kata Altaf Musani, perwakilan WHO untuk Yaman.
“Ini adalah momen yang kita takuti, karena Yaman kurang perlengkapan dalam menghadapi virus. Karena hanya setengah dari lembaga kesehatan yang masih beroperasi,” sesal Xavier Joubert, direktur LSM Save the Children in Yemen.
Unit perawatan intensif hanya memiliki 700 tempat tidur yang tersedia dan 500 ventilator untuk populasi sekitar 30 juta orang.
Pada hari Kamis, sebelum pengumuman infeksi virus corona pertama, koalisi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi sebagai sekutu Yaman telah melakukan gencatan senjata secara sepihak. Pemimpin koalisi militer Ryad berharap gencatan senjata tersebut dapat membantu Yaman dalam memerangi penyakit.
Anggota Dewan Keamanan PBB pada Jumat malam di New York dalam pernyataannya menyambut baik pengumuman Arab Saudi yang melakukan gencatan senjata sepihak dan respons positif dari pemerintah Yaman. Mereka menyeru kaum Houthi untuk memutuskan komitmen serupa tanpa penundaan.
Pada hari Jumat, 59 LSM, termasuk Oxfam dan Dokter, menyambut dengan hati-hati gencatan senjata bersama. Mereka mengatakan hal itu tidak bisa menghentikan penyebaran Covid-19 di Yaman.
Namun Houthis telah menolak gencatan senjata pada hari Kamis, salah seorang pejabat Houthis menuduh koalisi militer telah melakukan manuver politik dan media. Karena beberapa jam setelah gencatan senjata, terjadi beberapa serangan yang menargetkan kendaraan milik Houthi di provinsi Jawf dan Hajjah, dekat ibukota Sanaa.
Bentrokan juga terjadi antara pasukan Houthis dan pasukan loyalis di provinsi Jawf dan Marib utara. Saluran televisi Al-Massirah yang dikendalikan Houthi melaporkan enam serangan oleh pesawat musuh dalam beberapa jam terakhir di provinsi Hajjah dan dua di atas Jawf.
Konflik yang dipicu tahun 2014 antara pemberontak dan kekuasaan yang didukung Iran telah merenggut puluhan ribu nyawa yang sebagian besar adalah warga sipil. Hal itu menyebabkan terjadinya kemiskinan dan kelaparan, ditambah epidemi demam berdarah serta kolera
Menurut lembaga swadaya masyarakat Yaman (NGOs), kehidupan di Yaman hampir seluruhnya terisolasi, di bawah blokade udara yang dipaksakan oleh koalisi yang dipimpin oleh Ryad yang turut melemahkan situasi sumber pangan. Hal itu menyebabkan krisis kemanusiaan terburuk di dunia. 24 juta warga Yaman akhirnya bergantung pada bantuan PBB.
Lisa Grande, Koordinator Kemanusiaan PBB di Yaman kepada BBC dan dikutif oleh AFP mengatakan bahwa bantuan bulanan dari Program Pangan Dunia untuk 12 juta orang yang tinggal di 80 persen daerah yang dikuasai Houthi, sekarang mulai menurun. Para donor telah memutuskan untuk menunda kontribusi karena diblokir oleh Houthi.
“Setelah perang berlangsung lima tahun, Yaman menjadi salah satu negara yang memiliki tingkat kekebalan terendah di dunia.” tambah Grande setelah pengumuman kontaminasi pertama. (AFP)