Satu Abad Hachiko: Jepang Peringati 100 Tahun Kelahiran Anjing Paling Setia
- Peringatan dipusatkan di dua lokasi; Stasiun Shibuya dan Kota Odate, tempat kelahiran Hachiko.
- Hachiko adalah simbol kesetiaan abadi yang tersimpan di belakang kepala publik Jepang sekian generasi.
JERNIH — Masih ingat Hachiko, anjing peliharaan seorang profesor di Jepang, dan kisahnya?
Hari ini, pemerintah kota Tokyo dan Odate merayakan satu abad kelahiran Hachiko di dua lokasi patung anjing paling setia itu, yaitu di depan Stasiun KA Shibuya dan perfektur Akita.
Hachiko lahir pada 10 November 1923 tapi pemerintah Tokyo dan Odate menunda perayaan kelahirannya untuk memberi kesempatan masyarakat berkumpul bersama memberi penghormatan kepada salah satu simbol paling menonjol di Jepang. Hachiko adalah simbol kesetiaan abadi.
Hachiko dan Profesor
Hachi, demikian orang Jepang memanggil Hachiko, lahir 10 November 1923 di prefektur Akita, Odate. Ia diadopsi Profesor Hidesaburo Ueno, pengajar di Universitas Kekaisaran Jepang di Tokyo, kini menjadi Universitas Tokyo.
Keduanya mengembangkan ikatan yang kuat. Saat dewasa, setiap pagi Hachiko mengantar Profesor Ueno ke Shibuya. Sore menjelang malam, Hachiko kembali ke Stasiun KA Shibuya untuk menjemput dan menemani perjalanan pulang sang profesor.
Suatu hari di tahun 1925 kebersamaan keduanya berakhir secara tragis. Pagi itu, Hachiko mengantar Prof Ueno ke Stasiun KA Shibuya. Sore hari, Hachiko tak melihat sang profesor keluar stasiun untuk selamanya.
Hachi tak pernah tahu manusia paling dicintainya meninggal saat rapat fakultas di Universitas Kekaisaran Jepang. Jenazah Prof Ueno dibawa pulang untuk dimakamkan, tapi tak diangkut kereta api.
Sejak saat itu, dua kali sehari Hachi mengunjungi Stasiun KA Shibuya dengan harapan melihat lagi profesor. Pagi hari Hachi akan datang ke Stasiun Shibuya seakan mengantar sang profesor.
Setelah sang profesor melewati pinti stasiun, Hachi akan pergi. Sore menjelang malam, Hachi akan kembali untuk menunggu sang profesor keluar dari pintu stasiun. Stelah stasiun sepi dan sang profesor tak dijumpai, Hachi akan pergi untuk mencari makan.
Hachi melakukan semua itu selama bertahun-tahun. Tahun 1932, Asahi Shimbun — salah satu koran paling berpengaruh di Jepang — menuliskan kisahnya secara khusus dan menimbulkan gelombang emosional di sekujur Jepang. Orang-orang yang lalu lalang di Stasiun KA, termasuk petugas yang sehari-hari melihatnya, menjadi sangat mengenalnya.
Suatu hari di tahun 1935, petugas Stasiun KA Shibuya dan orang-orang yang lalu lalang tak meihat Hachiko di tempatnya. Petugas segera mencari dan menemukan tubuh kaku Hachiko tak jauh dari tempatnya biasa menunggu sang profesor. Hachiko mati akibat sakit pencernaan.
Kematian Hachiko menjadi berita besar di Jepang. Bahkan jauh lebih besar dibanding kabar sepak terjang militer Jepang yang menduduki Manchuria. Penduduk Tokyo dan Odate merogoh kocek untuk pembangunan patung Hachiko.
Koran-koran Jepang ratusan kali menulis ulang kisah Hachiko, yang membuat sang anjing melegenda. Hachiko hidup di alam pikiran anak-anak Jepang, dan menjadi salah satu simbol kesetiaan paling menonjol.
Monumen Kecil Paling Populer
Monumen Hachiko dibuat seukuran tubuh sang anjing. Akibatnya, monumen sulit terlihat di tengah keramaian Stasiun Shibuya. Namun, ini monumen paling populer karena siapa pun yang ingin berfoto di depan patung Hachiko harus antre.
Sebagai simbol yang tertanam di belakang kepala publik Jepang, perayaan satu abad Hachiko bernilai ekonomi tinggi. Stasiun Shibuya akan menjual tiket terbatas kepada masyarakat yang ingin mengenang Hachiko di tempat anjing itu menunggu sang profesor.
Sebelum peringatan, pengelola Stasiun Shibuya mendidikan paviliun yang didedikasikan untuk Hachiko dan distrik Shibuya. Di paviliun ini akan ditampilkan beberapa panel dengan ucapan menyentuh hati; Kamu hanya mencintai satu orang, tapi kamu dicintai semua orang. Hachiko lahir satu abad lalu, tapi masih bersama kami. Kamu tidak dimaksudkan bertemu orang yang kamu cintai, tapi berkat kamu, kami bisa.
Di Odate, tempat kelahiran Hachiko, perayaan berlangsung dua hari.