Sejak 2019, 50 Ribu Warga Hong Kong Berbondong-bondong Pindah ke Kanada, AS, Inggris, dan Australia
- Sebelum 2019 sangat sedikit warga Hong Kong pindah ke luar negeri.
- Setelah aksi kerusuhan sosial 2019, belasan ribu warga Hong Kong mulai pindah ke luar negeri.
- Mereka menggunakan uang untuk mendapatkan status residen atau kewarganegaraan lewat skema investasi.
- Terjadi booming pasar properti di Inggris, AS, dan Australia.
JERNIH — Puluhan ribu warga berduit Hong Kong meninggalkan tanah kelahiran mereka untuk mencari penghidupan baru di luar negeri, dan menggunakan kekayaan untuk memperoleh kewarganegaraan baru lewat skema investasi
Harvey Law Group (HLG), firma hukum yang berbasis di Hong Kong dan memiliki 18 kantor di seluruh dunia, mengatakan eksodus terjadi sejak 2019 — setelah kerusuhan sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tujuan mereka adalah AS, Inggris, Australia, Selandia Baru, dan Kanada. Mereka membawa serta kekayaan untuk membeli properti, dan berinvestasi di berbagai sektor.
“Sejak 2019 mereka membeli properti senilai 1 miliar dolar AS, atau Rp 14,4 triliun,” kata Jean-Francois Harvey, mitra pengelola global dan pendiri HLG. “Mereka menggunakan uang untuk mendapatkan status residen atau kewarganegaraan dengan cara berinvestasi.”
Sejak 1992 HLG telah melayani 12 ribu klien dan keluarga dari Hong Kong yang mencari mobilitas melalui skema residen atau kewarganegaraan.
Dalam dua tahun terakhir, menurut Harvey, warga Hong Kong yang mencari penghidupan baru di luar negeri meningkat empat kali lipat. Kantor HLG di Hong Kong kerap kebanjiran orang-orang yang berniat pergi untuk selamanya dari wilayah yang pernah menjadi jajahan Inggris.
“Sebelum 1997 hanya sedikit warga Hong Kong yang pergi untuk tinggal di luar negeri,” kata Harvey. “Tahun 2019, kami menghadapi badai sempurna. Terjadi kenaikan empat kali lipat.”
Harvey juga mencatat setiap kali Hong Kong menghadapi krisis politik, terjadi peningkatan permintaan untuk permintaan untuk bisa pindah ke AS, Inggris, Australia, Kanada, dan Selandia Baru.
Jenis orang yang mencari paspor kedua, atau tempat tinggal di luar negeri, juga berubah selama bertahun-tahun.
“Sebelum 2019, klien khas Hong Kong berusia 50-an dan anak-anak berusia belasan tahun,” kata Harvey. “Kini mereka yang ingin pergi adalah orang-orang usia 40-an, dengan anak-anak berusia dua sampai tujuh tahun.”
Sebelum 2019, Hong Kong tidak pernah menjadi pasar paspor. Sebab, paspor Hong Kong cukup nyaman untuk bepergian.
Kini, terjadi peningkatan tajam dalam jumlah orang yang meminta paspor baru, dan memperoleh kewarga-negaraan baru. “Mereka menginginkan keamanan,” kata Harvey.
Opsi paspor alternatif masih lebih populer setelah Beijing membelakukan UU Kemanan Nasional, yang dipandang banyak orang sebagai ekosi otonomi Hong Kong. Warga Hong Kong merasa tidak punya cukup kebebasan seperti diberikan di bawah perjanjian Cina-Inggris.
Berbagai skema residensi dan kewarganegaraan yang ditawarkan mendorong pasar perumahan di negara tujuah melonjak. Membeli properti biasanya menjadi salah satu cara mendapatkan ijin tinggal di satu negara.
“Ada banyak manfaat bagi negara tuan rumah, termasuk pasar properti,” kata Denise Ng, kepala Asia Utara di HLG. “Faktanya, sejak merebak pandemi banyak negara merancang dan menyiapkan program tempat tinggal dan kewarganegaraan dengan skema investasi untuk menarik investor dan orang-orang berbakat.”
Bagi investor internasional, keluarga kaya, dan pengusaha yang berbasis di Hong Kong, diversifikasi kewarganegaraan melalui migrasi investasi akan terus menjadi solusi untuk menavigasi keadaan yang terus berubah.
“Ini win-win untuk negara berdaulata dan invstor,” kata Denise.
Diperkirakan, 50 ribu warga Hong Kong memilih meninggalkan kota itu tahun 2020. Astons, yang berbasis di Inggris, mengatakan jumlah orang Hong Kong yang keluar diperkirakan menurun 4,6 persen tahun 2021.
Seperti HLG, Astons membantu warga Hong Kong yang lari ke Inggris membeli properti, mendapatkan tempat tinggal, dan status kewarganegaraan melalui investasi.
“Bagi banyak warga Hong Kong, emigrasi dipertimbangkan dengan pandangan jangka panjang. Sehingga komponen real estate residensi atau kewarganegaraan melalui investasi bisa sangat disukai,” kata Arthur Sarkisian, direktur pelaksana Astons.
Membeli rumah dapat memberi warga Hong Kong fondasi yang kokoh ketika memulai kehidupan baru.