Sejak Awal 1990-an, Israel Berkali-kali Menyerang Al-Aqsha untuk Memprovokasi
Ariel Sharon memasuki Al Aqsa dengan membawa 400-an tentara. Hal itu memancing reaksi keras dan memicu protes. Setelah itu lahirlah Intifada yang menelan korban jiwa 6.371 rakyat Palestina dengan 1.317 di antaranya anak-anak. Di lain pihak, sekitar 1.083 warga Israel mati atau hilang selama Intifada tersebut.
JERNIH—Kalau Alquran menyatakan bahwa kalangan Yahudi dan sekondannya tidak akan pernah ridla terhadap Islam dan kaum Muslim, ya memang begitulah adanya. Sejak penyerangan 1988, tercatat sudah tujuh kali Israel menyerang Masjid Al-Aqsa.
Serangan terhadap tempat suci tiga agama itu dinilai hukum internasional sebagai kejahatan perang. Pada tahun ini pasukan Israel menyerang Masjid Al-Aqsha, justru manakala kaum Muslim melakukan doa khusus menyambut malam Lailatul Qadar. Polisi Israel menyerbu dengan menggunakan gas air mata, menembaki para jamaah untuk membubarkan mereka dari masjid.
Keganasan pasukan Israel pada penyerangan terakhir itu digambarkan belum pernah terjadi sebelumnya. Berikut beberapa catatan ketika Israel menyerang Masjidil Aqsa, dipetik dari laman middleasteye.net.
Pertama, serangan Juli 1988. Peristiwa tersebut ditandai dengan penggalian yang dilakukan para pekerja Israel untuk kepentingan arkeologi. Peristiwa ini terjadi di dekat Masjidil Aqsa dan Tembok Barat. Para jamaah mencoba menghentikan penggalian dengan melempari mereka dengan batu dan botol. Akibatnya kerusuhan pun pecah dan melukai 26 pengunjuk rasa. Penggalian dimulai pada Intifada pertama sekitar tahun 1987 dan berlanjut hingga 1993.
Kedua, penyerangan April 1989. Saat itu, pihak Israel mencoba membangun Kuil Ketiga. Peristiwa ini bermula ketika kelompok ultransionalis religius Israel memutuskan membangun kuil ketiga bertepatan dengan perayaan pawai tahunan di Temple Mouny yang berada di kompleks Masjidil Aqsa. Kemudian terjadi pergolakan di mana pasukan Israel menembakkan gas air mata dan peluru tajam ke udara.
Ketiga, peristiwa berdarah Oktober 1990. Kejadian ini menewaskan 21 orang warga Palestina. Hal ini dipicu ngototnya kelompok ekstremis Yahudi untuk membangun Kuil Ketiga dengan meletakkan batu pertama mereka. Bentrokan tak terelakkan dan pihak keamanan Israel menembakkan gas air mata dan tembakan peluru tajam. Peristiwa ini dikenal sebagai Senin Hitam. Pasukan Israel menembak warga secara membabi buta. Ada 21 warga Palestina gugur dan lebih dari 100 luka-luka, dan 270 lainnya ditangkap.
Keempat, Oktober 2000 yang dikenal dengan Intifada al Aqsa. Peristiwa ini dipicu kunjungan Perdana Menteri Israel kala itu Ariel Sharon—meninggalnya Sharon setelah delapan tahun koma antara hidup dan mati sudah ditulis di laman ini–red. Saat itu Sharon memaksa masuk Al Aqsa dengan membawa serta sekitar 400 tentara. Tentu hal ini memancing reaksi keras dan memicu protes. Setelah itu lahirlah Intifada yang menelan korban jiwa 6.371 rakyat Palestina dengan 1.317 di antaranya anak-anak. Di lain pihak, sekitar 1.083 warga Israel mati atau hilang selama Intifada tersebut.
Kelima, September 2015 ketika Masjidil Aqsa mendapat kunjungan Yahudi esktremis. Peritiwa itu dipicu saat jamaah dikeluarkan dengan paksa oleh tentara Israel karena ada kunjungan dari kelompok Yahudi ekstremis setelah solat subuh. Protes pun meledak. Tentara Israel menembakkan gas air mata dan peluru karet serta menghalangi jamaah masuk masjid.
Keenam, Juli 2017. Peristiwa yang dikenal dengan Hari Kemarahan ini dipicu oleh kebijakan PM Benyamin Netanyahu. Dalam putusannya, Netanyahu memperkenalkan detektor logam dan kamera pengenal wajah di kompleks Masjidil Aqsa. Ia berdalih pemasangan ini untuk menjaga keamanan. Keputusan Netanyahu langsung diprotes warga Palestina. Para aktivisnya menyerukan hari kemarahan. Peristiwa ini menjadi pemicu gugurnya enam warga Palestina. [ ]